Kamis, 10 September 2009

Terorisme dan Ketidakadilan Global





Lebih dari seratus orang, sebagian besar warga sipil, telah dilaporkan tewas dan sejumlah lainnya terluka setelah pesawat-pesawat tempur pimpinan AS menyerang tanker bahan bakar di wilayah utara afghanistan (Jumat; 4/9/2009). Bagaimana dunia mensikapi berita diatas ? Diam seribu bahasa,karena yang melakukannya adalah Amerika Serikat dan korbannya hanyalah umat Islam . Inilah ketidak adilan global !!

Salah satu yang jarang disentuh oleh media massa ketika mengangkat isu terorisme adalah ketidakadilan global dunia. Padahal faktor ketidakadilan global menjadi salah satu pemicu serangan terhadap Barat atau objek-objek yang dianggap berhubungan dengan Barat. Penjajahan yang dilakukan Barat di dunia Islam, pembunuhan masyarakat sipil di Afghanistan dan Irak, penghinaan terhadap Islam , termasuk dukungan membabi buta Barat terhadap penjajahan Zionis Israel di Palestina, merupakan cerminan dari ketidakadilan itu.

Kalau terbunuhnya 9 orang akibat pemboman di JW Marriott dan Ritz Carlton dikecam, sikap yang sama seharusnya muncul ketika ratusan ribu umat Islam terbunuh pasca invasi AS di Irak. Mengutip laporan yang dimuat Jurnal Lancet, lebih dari 650 ribu warga sipil Iraq tewas sejak invasi AS pada tahun 2003 dan jumlah itu tentu saja terus bertambah hingga kini.

Amerika Serikat dimaklumi marah saat gedung WTC diserang yang menyebabkan sekitar 3000 orang terbunuh. Sebaliknya ,pantaskah umat Islam marah ketika pasukan Amerika terus menerus membunuh rakyat sipil di Afghanistan dan Pakistan. PBB mengatakan jumlah penduduk sipil yang tewas di Afghanistan tahun ini meningkat 24% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Laporan PBB menyebutkan lebih dari 1.000 orang tewas dalam enam bulan pertama tahun ini. Jumlah koban serangan AS terhadap rakyat sipil di perbatasan Pakistan-Afghanistan pun terus meningkat.

Bandingkan pula sikap dunia Barat ketika Israel menyerang Gaza. Angka korban Serangan Israel ke Jalur Gaza sejak 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009 malam mencapai lebih 1313 orang atau rata-rata 59 orang tewas per hari atau setiap jam lebih 2 orang tewas. Tidak hanya itu , Israel juga mengakui menggunakan senjata kimia yang mengerikan fosfor putih. Belum lagi yang terbunuh akibat isolasi jalur Gaza oleh Israel. Alih-alih mengecam Israel, Amerika, Inggris dan sekutunya malah membela Israel.Untuk kasus Indonesia, ketidakadilan itu juga tampak dari sikap yang diskriminatif terhadap pembunuhan terhadap umat Islam di Ambon,Poso, atau kerusuhan di Sampit.

Kalaulah pelaku pemboman di JW Marriot dan Ritz-Carlton yang menewaskan sembilan orang disebut teroris. Bagaimana dengan Amerika yang membunuh hampir satu juta umat Islam diberbagai kawasan dunia atau Israel yang membunuh umat secara sistematis hingga kini ? Kenapa tidak disebut teroris ?

Beberapa pihak di Barat sendiri sebenarnya sudah mengingatkan apa yang mereka sebut sebagai tindakan terorisme tidak bisa dilepaskan dari kebijakan politik luar negeri negara-negara Barat yang eksploitatif dan diskriminatif terhadap dunia Islam.

Berkaitan dengan pemboman pada Juli 2005 di London, pemerintah Inggris memberikan peringatan bahwa keterlibatannya dalam invasi AS ke Irak telah meningkatkan adanya ancaman serangan balasan terhadap Inggris. Laporan yang bocor dari Joint Terrorism Analyis Center (JTAC) Inggris, yang mendahului serangan tersebut, memperingatkan: “Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Irak semakin menjadi motivasi dan fokus sejumlah teroris berkaitan dengan aktivitas di Inggris”.

Pada April 2005, sebuah laporan yang ditulis oleh Joint Intellegence Committee (JIC) berjudul “International Terrorism: Impact of Iraq” bahkan lebih eksplisit menyatakan: “Kami menilai bahwa konflik yang terjadi di Irak telah memperburuk ancaman terorisme internasional dan akan terus memberikan dampak dalam jangka waktu yang lama. Konflik tersebut telah memperkuat kegigihan para teroris yang telah melakukan serangan ke negara-negara Barat dan memotivasi orang-orang lain yang tidak melakukannya.”

Kita tentu tidak setuju terhadap pemboman yang tidak tepat seperti yang terjadi di Jakarta kemarin. Namun mengabaikan fakta pemboman dengan target Barat adalah reaksi dari penindasan politik luar negeri Barat terhadap dunia Islam adalah tidak adil dan tidak akan menyelesaikan masalah. Karena , selama negara-negara imperialis Barat terus melakukan kedzoliman terhadap dunia Islam, aksi-aksi perlawanan akan tetap tumbuh subur dan memiliki dasar legitimasinya.

Seharusnya siapapun yang menginginkan kekerasan global dihentikan, juga harus dengan tegas meminta AS negara-negara imperialis lainnya menghentikan kebijakan yang eksploitatif dan diskriminatif terhadap dunia Islam . Masyarakat Barat sendiri seharusnya meminta penguasa mereka agar menarik tentara negaranya dari Irak, Afghanistan, dan negeri Islam lainnya. Termasuk menghentikan dukungan membabi buta terhadap Israel.

Bagi umat Islam, ketidakadilan global ini harus dihentikan. Berharap pada negara-negara imperialis untuk menghentikan kejahatan mereka sangatlah sulit. Karena selama Barat mengadopsi ideologi Kapitalisme, penjajahan akan menjadi metode baku yang tidak berubah. Tidak ada pilihan lain, kecuali umat Islam bersatu membangun kekuatan global Khilafah Islam yang akan melindungi umat Islam dari bulan-bulanan negara imperialis.

Tidak ada komentar: