Jumat, 30 Januari 2009

Pertanyaan dan Jawaban tentang Pembantaian di Gaza oleh Israel


Pembantai di Gaza lebih mirip dengan apa yang telah dilakukan oleh Nazi dengan nama “lebensraum”

Banyak orang tak sering teracuni propaganda Israel yang rankmengatakan, bahwa Hamas lah sumber masalah karena telah memancing persoalan. Propaganda lain mengatakan Hamas dan Fatah tak bersatu dan saling mengangkat senjata. Bagaimana dan apa yang terjadi di bumi Palestina, khususnya Jalur Gaza? Khalid Amayreh, seorang wartawan di pendudukan, menulis “Questions & Answers Concerning the Israeli Holocaust in Gaza” (Pertanyaan dan Jawaban tentang Pembantaian di Gaza oleh Israel) tulisan asli berbahasa Arab dan di muat si situs www.aljazeera.net dan Palestine Information Centre (PIC). Artikel ini untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang hal-hal yang tak banyak diketahui tentang Palestina dan Jalur Gaza.

Pertanyaan: Israel menyatakan bahwa kejadian ini hanya mempertahankan diri dari serangan Hamas dan organisasi ‘teroris’ Palestina lainnya?

Jawaban: Semua pihak penyerang selalu menyatakan demikian yaitu mereka menyerang dalam rangka mempertahankan diri. Nazi Jerman pun juga menyatakan demikian, bahwa mereka hanya mempertahankan diri. Melihat apa yang dilakukannya, Israel ini memenuhi semua persyaratan untuk disebut sebagai Negara teroris. Itu karena Israel mewakili dan melakukan terror-teror dalam bentuk yang bermacam-macam dan sangat menjijikkan.

Sejak awal mula kelahirannya, Israel adalah sebuah Negara yang gemar melakukan pembunuhan masal, pembunuh anak-anak kecil, perampok tanah milik Negara lain, dan penipu yang tidak tandingannya.

Pemusnahan terencana yang dilakukan Israel di Gaza lebih mewakili nilai-nilai yang dianut oleh Negara tersebut daripada dianggap sebuah pengecualian dengan alasan membela diri. Pada analisis akhir, seseorang bisa menyimpulkan dengan mudah bahwa secara keseluruhan sejarah Negara Israel bisa berdiri dengan mengorbankan banyak nyawa manusia dengan membunuh dan menyebarkan terror. Yang membuat pembantaian masal secara terencana di Gaza ini terlihat lebih mengerikan adalah karena adanya liputan media secara langsung dari tempat kejadian. Di tahun 1948 dan tahun-tahun setelahnya, liputan langsung seperti ini belum ada yaitu ketika Nazi dalam bentuk orang-orang Yahudi yang kejam dan bengis itu melakukan pembantaian yang jauh lebih kejam lagi terhadap orang-orang asli Palestina.

Bagi mereka yang menghargai kebenaran, peristiwa pembantaian kejam yang dilakukan oleh Israel akhir-akhir ini cukup membuktikan bahwa Negara inilah yang bertanggung jawab penuh akan terjadinya kejahatan terhadap kemanusiaan. Sejak Hamas memenangkan Pemilu Palestina tahun 2006, Israel melakukan blockade dan pengepungan terhadap Jalur Gaza, dan membuat sekitar 1,5 juta penduduk Palestina mati secara pelan-pelan. Intinya, Israel memaksakan dua alternative pilihan bagi rakyat Palestina yaitu hidup diperlakukan seperti anjing dan kemudian mati secara pelan-pelan karena kelaparan akibat isolasi ala Nazi, atau dimusnahkan dengan mesin perang milik Israel.

Pertanyaan: Israel menyatakan bahwa mereka tidak membidik rakyat Palestina secara langsung. Bagaimana pendapat anda terhadap pernyataan seperti itu?

Jawaban: Sebagai Negara kriminal yang membunuh banyak anak-anak dan mengebom banyak bangunan apartemen, selain membunuh anak-anak tak berdosa mereka juga menjadikan cacat dan lumpuh ribuan dari anak-anak tersebut, Israel merasa bahwa dia harus berbohong demi menutupi kejahatannya. Kriminalitas dan kebohongan adalah dua sisi dari sebuah koin yang sama.

Sederhananya begini, apa yang dikatakan Israel adalah kebohongan yang memuakkan dan sayangnya hal demikian malah dikutip oleh banyak media barat secara terus menerus. Dan memang ada banyak sinisme disini karena pernyataan bohong ini dikutip sementara angkatan darat, angkatan udara dan angkatan laut Israel terus menghujani tembakan dan bom-bom ke arah bangunan apartemen, masjid-masjid, took-toko obat, pemukiman penduduk, bangunan kampus termasuk asrama mahasiswa, pusat pertokoan, pom bensin, sekolah-sekolah, dan kantor polisi. Lihatlah, apa yang dilakukan Israel benar-benar membabi-buta, sangat mirip dengan apa yang pernah dilakukan oleh Nazi setelah Perang Dunia II.

Pertanyaan: Israel menyatakan bahwa mereka tidak membunuh rakyat Palestina dengan sengaja, tidak seperti apa yang dilakukan oleh Palestina terhadap rakyat Israel.

Jawaban: Baiklah. Pertama yang harus diingat, alat pertahanan Palestina itu sangat sederhana dan primitive, tidak sebanding dengan ancaman nuklir dan angkatan bersenjata yang dipunyai oleh Israel. Proyektil-proyektil yang ditembakkan dari Gaza seharusnya dilihat sebagai upaya teriakan minta tolong (karena sudah tak ada cara lain yang bisa dilakukan-pent) rakyat Palestina yang sedang mengalami pemusnahan oleh mesin perang Israel. Tentu saja, proyektil-proyektil buatan local ini tidaklah sebanding dengan teknologi Amerika yang menciptakan mesin pembunuh semisal jet tempur F-16, pemberangus bunker (tempat persembunyian bawah tanah-pent), tank-tank Abrams yang digunakan oleh Israel untuk membunuh dan menimbulkan malapetaka terhadap Gaza yang tidak mempunyai apa pun untuk melindungi diri beserta seluruh rakyatnya.

Kedua, Israel tidak mengatakan yang sebenarnya ketika mereka bilang bahwa rakyat sipil bukan target penyerangan. Kesalahan terjadi sekali, dua kali, bahkan hingga sepuluh kali.

Bagaimanapun, ketika ribuan warga sipil yang tak berdosa termasuk seluruh anggota keluarga terbunuh di suatu area pengeboman tanpa pandang bulu, itu artinya pembunuhan terhadap warga sipil memang disengaja oleh Israel. Lagipula, menyerang dengan target yang sudah direncanakan itu artinya membunuh dengan sengaja. Tidak menjadi masalah istilah apapun yang digunakan entah itu yang disebut kerusakan sampingan atau pun istilah halus lainnya tapi semuanya bermakna sama yaitu pembunuhan.

Disamping itu, ketika jumlah orang tak berdosa yang mati sudah begitu banyak dan sangat tidak berimbang, maka apapun niatnya sudah tak ada hubungannya lagi.

Pertanyaan: Israel mengatakan bahwa Hamas menyembunyikan senjata di dalam masjid

Jawaban: Israel mengatakan banyak hal untuk membenarkan perang yang dilakukannya dalam upaya pembantaian rakyat Palestina. Beberapa saat lalu, angkatan udara Israel mengebom sebuah truk kecil yang katanya mengangkut roket. Tetapi pernyataan itu benar-benar tidak terbukti. Kelompok hak asasi manusia dari Israel B’tselem menguatkan bahwa truk itu mengangkut kaleng minyak gas untuk memasak.

Lagipula, apakah masuk akal senjata itu disiapkan di dalam masjid? Tadi malam, angkatan udara Israel mengebom sebuah masjid di Gaza selatan yang penuh dengan orang yang sedang beribadah di dalamnya. Serangan itu membunuh 18 orang dan puluhan lainnya terluka. Ini adalah kejahatan perang yang sangat dan siapa pun yang membawa bom itu atau pun yang memberi perintah, mereka adalah penjahat perang yang harus dituntut dan dihukum. Jika itu tidak dilakukan, maka sungguh sama saja kita ini hidup dalam sebuah hukum rimba.

Pertanyaan: Bagaimana fungsi reporter dan wartawan Palestina dengan kondisi seperti ini?

Jawaban: Mereka sudah berusaha sebaik-baiknya dan mereka tidak asal mengambil berita begitu saja. Minggu lalu, pesawat tempur Israel mengebom sebuah stasiun Televisi dan dua hari lalu kantor surat kabar harian berbahasa Arab yang bertempat di Gaza, Al-Risala, dibom dan dihancurkan. Semua dijadikan target oleh Israel, semuanya.

Pertanyaan: Apakah Israel akan berhasil dalam menghancurkan perlawanan Palestina di tengah-tengah pendudukan Israel?

Jawaban: Mungkin saja Israel berhasil dalam melemahkan perlawanan tersebut tapi Israel tidak mungkin bisa menghancurkannya. Dan itu sederhana saja alasannya. Perlawanan ini bukanlah ’sebab’ tapi ‘akibat’. ‘Sebab’ utama dari perlawanan ini adalah perlawanan ala Nazi terhadap penduduk Palestina sejak tahun 1948 yang terus dilakukan oleh Israel untuk semakin memperluas wilayahnya, termasuk dengan mencabut akar dan pembersihan etnis orang-orang Palestina yang masih hidup untuk kemudian diganti dengan orang-orang Yahudi imigran yang didatangkan dari seluruh penjuru dunia. Keadaan ini mirip dengan yang dilakukan oleh Nazi dengan nama “lebensraum.” Tetapi di sini Israel menyebutnya dengan ‘keamanan’. Intinya, Israel tidak akan pernah bisa menghilangkan ‘akibat’ selama ’sebab’ itu tetap ada.

Pertanyaan: Mengapa Negara-negara Arab gagal membantu Palestina secara militer?

Jawaban: Mayoritas Negara-negara Arab, kecuali Libanon, adalah rezim yang lalim dan kejam serta merupakan kaki tangan Amerika. Rezim dictator seperti ini tidak akan peduli dengan nasib rakyatnya sendiri. Dan yang lebih penting adalah, para pemimpin rezim seperti ini lebih takut terhadap apa kata Amerika dan Israel daripada mempedulikan suara rakyatnya sendiri.

Dengan kata lain, rezim seperti ini tidak mewakili atau mencerminkan sikap rakyat secara keseluruhan. Oleh karena itulah, perubahan rezim hamper bisa dikatakan mustahil saat ini karena Pemilu yang bebas dan adil tidak diperbolehkan.

Dan yang tidak kalah penting adalah situasi ini memang sengaja dipelihara dan dipertahankan sebagai wujud terima kasih atas dukungan dan bantuan dari Amerika sebagai majikan satu-satunya dari kebijakan Negara-negara ini yang bertindak sebagai budak.

Pertanyaan: Apakah rakyat Palestina merasa dikhianati?

Jawaban: Tentu saja. Apalagi kami sengaja ditinggal sendirian dalam menghadapi mesin perang Nazi yang bertujuan menghabisi orang-orang Palestina tanpa alasan yang jelas kecuali sebuah keinginan yang tak pernah padam untuk bisa meraih kebebasan dan keadilan.

Pertanyaan: Menurut anda, apakah tujuan utama dari serangan Israel di Gaza?

Jawaban: Banyak tujuan sebenarnya. Pertama, mereka berusaha untuk mematahkan semangat rakyat Palestina dalam perlawanan terhadap pendudukan Israel yang hal ini sama saja dengan tindakan memperkosa hak manusia. Dengan kata lain, mereka ingin melanjutkan kekejaman dan penindasan terhadap kami dengan cara-cara yang tak terbayangkan. Dan ketika kami melawan atau bahkan Cuma mengeluh, mereka mengancam nyawa kami. Ini sama saja dengan seorang pemerkosa berantai yang mengancam akan membunuh korban-korbannya apabila sampai ada yang berani melawan atau mengeluh. Tetapi Israel lebih kejam daripada pemerkosa berantai tersebut. Israel adalah juga pembunuh, penipu dan pencuri.

Tujuan yang lain adalah sebuah keinginan untuk menciptakan kondisi otoritas Palestina di Ramallah yang didukung oleh Amerika benar-benar sebagai pihak yang tak berdaya. Israel dan juga pemerintahan Bush berpikir, saya kira pemikiran mereka salah yaitu jika Hamas dinetralkan, PA dapat dipaksa untuk menerima penyelesaian ‘perdamaian’ dimana Israel akan mengambil semua asset dan pihak Palestina yang akan mengambil tanggung jawabnya (pasiva).

Saya sedang berbicara tentang pengkhianatan terhadap ‘perjanjian perdamaian’ yang nantinya akan memberi kesempatan kepada Israel untuk memegang erat isi pernyelesaian itu, yaitu sebagian besar Jerusalem Timur dan mengabaikan hak untuk kembali bagi jutaan pengungsi Palestina yang diusir dari rumahnya ketika Israel diciptakan lebih dari enam puluh tahun yang lalu.

Tujuan yang lain adalah untuk pamer kekuatan dari pasangan menteri angkatan perang Israel Ehud Barak dan Menteri Luar Negeri Tzipi Livni demi memenangkan Pemilu Israel yang akan datang. Semua sudah mafhum di Israel yaitu semakin banyak darah rakyat Palestina yang tertumpah oleh seorang kandidat politik maka akan semakin popular ia di mata public Yahudi di Israel. Saya tidak mengatakan bahwa 100% semua pola pikir rakyat Israel seperti ini. Tetapi saya kira jumlahnya tidak kurang dari 80%. Intinya, kita sedang berbicara tentang sebuah masyarakat yang kanibal dan sakit jiwa yang bersedia membunuh jutaan orang tapi ia sendiri selalu mengaku sebagai korbannya.

Pertanyaan: Apakah rakyat Palestina menyalahkan Hamas atas semua bencana dan kematian sebagai akibat dari serangan Israel?

Jawaban: Beberapa mungkin bersikap demikian, tetapi mayoritas tidak menyalahkan. Lagipula, bukan Hamas yang melanggar gencatan senjata melainkan Israel. Selama gencatan senjata yang terakhir itu, yang berlangsung selama enam bulan, Hamas dengan sangat hati-hati mematuhi perjanjian gencatan senjata tersebut. Tetapi Israel malah membunuh 49 rakyat Palestina. Lebih jauh lagi, Israel makin mengetatkan kepungan terhadap Gaza, merubah territorial pantai menjadi perkampungan Yahudi Warsawa yang modern.

Bahkan PA di Ramallah mengatakan bahwa saat ini Israel sendiri yang bertanggung jawab terhadap kejahatan secara besar-besaran terhadap kemanusiaan.

Pertanyaan: Mengapa Hamas tidak mau mengakui Israel?

Jawaban: Mengapa bukan Israel yang mengakui Palestina? Lagipula, Israel yang mana yang anda ingin agar diakui oleh Hamas? Apakah Israel mempunyai batas Negara yang jelas? Terlebih lagi, bagaimana kami akan mengakui sebuah Negara yang tidak pernah mau mengakui keberadaan kami?

Pertanyaan: maksud saya perbatasan tahun 1967?

Jawaban: Apakah Israel sendiri mau mengakui perbatasan tahun 1967?

Pertanyaan: Apakah anda mau mengakui Israel sebagai Negara Yahudi?

Jawaban: Apakah Yahudi di Amerika, sebagai contoh, mau mengakui bahwa Negara Amerika adalah Negara khusus bagi orang Protestan atau Baptis saja?

Pertanyaan: Kapan perang ini akan berakhir? Dan bagaimana kondisi Hamas sekarang?

Jawaban: Hamas akan sangat kelelahan dan itu cukup wajar karena lawan yang dihadapi sangat tidak sebanding dari segi apapun juga.

Tapi segera setelah itu kepercayaan diri dan kekuatan Hamas akan pulih kembali. Namun gerakan ini sudah cukup mendapat simpati, solidaritas dan kekaguman dari puluhan juta orang Arab dan muslim seluruh dunia.

Ya, hubungan Hamas dengan rezim di Timur Tengah bisa dibilang tidak bagus, karena mereka memberikan sikap mengabdi dan tunduk kepada Amerika. Tetapi Hamas cukup puas dengan jutaan orang Arab dan Muslim yang akhirnya mengetahui keberadaan gerakan ini. Inilah yang dicari oleh Hamas dan sekarang mereka telah mendapatkannya. Pada analisis akhir, Israel menyerang Gaza dengan membabi buta layaknya perbuatan criminal dan mirip setan, namun kemudian terbukti semua pasti ada hikmahnya bagi Hamas dan dunia Islam secara keseluruhan.

Hal yang sama menimpa “rezim moderat” pro Amerika yang segera akan kehilangan penghormatan, itu juga bila mereka masih punya sifat itu dalam dirinya.

Sumber: hidayatullah.com, 30/01/09

Welcome “New Terrorist” Obama!

st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
--> Obama hadir berpidato di depan Kedubes AS di Jalan Merdeka Barat, Jakarta, Jum’at (30/1/2009) siang. Dengan pongahnya ia menyatakan akan membawa perubahan pada dunia. Perubahan tersebut di antaranya, akan menjadikan AS lebih berkuasa di seantero dunia. Ia juga berjanji bakal lebih progresif mendukung pendudukan negara penjajah Israel di tanah kaum muslimin Palestina.


Namun, Obama yang hadir bukanlah Barrack Hussain Obama, presiden baru AS, sungguhan. Ini hanya bagian aksi teaterikal yang dilakukan oleh massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) merespon rencana kedatangan presiden kulit hitam pertama di negeri Paman Sam tersebut ke Jakarta. Pada kesempatan itu, HTI juga mengingatkan bahwa Obama takkan membawa harapan apa-apa bagi umat Islam.


Dalam poster dan spanduknya, HTI menyatakan bahwa Obama tak ada bedanya dengan presiden AS lainnya yang akan menjadi teroris dunia. Bahkan di salah satu poster tertulis: “Obama is just the same with Bush!”


Juru Bicara HTI Ismail Yusanto yang diwawancarai di sela-sela aksi damai ini menyatakan jika pada pidato perdananya Obama sempat menjanjikan “mutual respect” dengan dunia Islam maka patut dipertanyakan kongkritnya seperti apa.


“Dalam pidatonya, Obama tak menunjukkan sedikit pun empati pada korban warga sipil di Gaza dan tak sepatah kata pun mengutuk Israel. Bahkan belum lama dilantik, tentaranya sudah menyerang Pakistan. Lalu, mutual respect seperti apa sesungguhnya yang diinginkan Obama?” papar Ismail.


Lebih lanjut, Ismail melanjutkan, isu War on Terrorism yang masih akan digulirkan Obama sejatinya kedok untuk menutupi politik AS sesungguhnya yaitu War on Islam. Ismail merujuk fakta penyerangan misil di wilayah Pakistan Baratlaut yang diduga ditembakkan dari pesawat tak berawak milik AS. Serangan yang terjadi pada 24 Januari lalu ini memakan korban sedikitnya 15 orang. Ismail juga mengingatkan bahwa masih berlangsungnya penjajahan AS di Afghanistan hingga hari ini.


Ketua DPP HTI Rokhmat S. Labib dalam orasinya menyatakan, Allah SWT telah melarang kaum muslimin untuk berharap pada orang kafir. “Merupakan kesalahan besar ketika umat Islam berharap pada orang-orang kafir,” tegasnya.


Ia melanjutkan, Allah SWT pun sudah mengingatkan, kalau saja kita mencintai orang-orang kafir dan berharap pada mereka, sesungguhnya mereka tak pernah mencintai kita. Kita menganggap mereka sebagai saudara, padahal mereka menganggap kita sebagai musuh.


Harapan umat Islam sejatinya ada pada diri mereka sendiri, saat mereka bersatu. ”Persaudaraan sesama muslim hanyalah simbol ketika kita masih tersekat-sekat garis imajiner nasionalisme yang dibuat oleh kafir penjajah. Persaudaraan dan persatuan umat Islam takkan pernah ada kecuali saat Khilafah ditegakkan di muka bumi ini,” tandas dia disambut takbir oleh ratusan peserta aksi yang hadir. [] (mediaumat.com, ihsanul muttaqien)

Obama Didemo di Kedubes AS


Obama Didemo di Kedubes AS
Jakarta - Untuk pertama kalinya setelah dilantik sebagai Presiden AS pada 20 Januari, Barack Obama akan didemo. Bukan demo di AS sana, tapi di Kedubes AS di Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta.

Massa pendemo adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dengan massa sebanyak 500 orang. Demo digelar pukul 14.00 WIB. Mereka akan menyerukan peringatan kepada masyarakat yang selama ini mengelu-elukan Obama.

“Kami mau menyadarkan kepada umat, Obama tidak berbeda dengan Bush mengenai sikapnya terhadap Islam. Karena pernyataannya sangat jelas akan tetap melindungi Israel. Israel adalah teroris. Pelindung teroris adalah teroris,” ujar Ketua Pelaksana Demonstrasi HTI Budi Darmawan kepada detikcom, Jumat (30/1/2009).

Menurut Budi, Obama juga mengatakan akan melakukan kerjasama dengan negara-negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam sepanjang memberikan keuntungan bagi AS. Hal ini jelas harus diperhatikan oleh pemerintah Indonesia.

“Kami ingin mengkritisi pengawasan negeri muslim terhadap Obama. Termasuk Indonesia sebagai negeri dengan mayoritas muslim terbesar di dunia,” ucap Budi.

Demonstrasi yang dilakukan HTI nanti akan menampilkan aksi teaterikal. Mereka akan menggambarkan Obama datang berkunjung ke Indonesia dengan membawa ‘hadiah’ berupa janji-janji yang sebenarnya hanya tipuan. Aksi diperkirakan akan berakhir pada pukul 16.00 WIB. (detik.com, 30/01/09)

==========


Hizbut Tahrir Indonesia Akan Demo Kedubes AS
Ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) akan melakukan aksi demonstrasi di depan Kedubes Amerika Serikat di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat.

Menurut informasi dari Traffic Management Center (TMC) Polda Metro Jaya di Jakarta, Jumat pagi, aksi dari kelompok tersebut akan dimulai pada sekitar pukul 14.00 WIB.

Sebelumnya, HTI juga pernah melakukan aksi demonstrasi ke Kedubes AS pada 30 Desember 2008 terkait dengan serangan serdadu Israel ke Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 1.300 orang, mayoritas warga sipil.

Pada saat itu, Jurubicara JTI Farid Wajri mendesak agar seluruh negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam untuk mengirimkan tentaranya ke Palestina guna melawan aksi neokolonialisme Israel.

Menurut Farid, pasukan yang dikirimkan bukan hanya dalam rangka pasukan perdamaian tetapi memang pasukan yang dikerahkan untuk berperang melawan Israel.

Hal tersebut, ujar dia, karena yang dilakukan oleh Israel terhadap warga Palestina adalah bentuk kebiadaban yang melanggar nilai-nilai kemanusiaan dan tidak bisa ditolerir oleh pihak manapun juga.

Sedangkan pada aksi demonstrasi pada Jumat (30/1) ini, HTI akan memprotes kepemimpinan AS di bawah rezim baru yang mereka nilai masih mendukung negara Israel sepenuhnya.

HTI mengemukakan, garis kebijakan Presiden Barack Obama, berkaitan dengan konflik di Palestina, masih tidak berbeda dengan yang ditempuh oleh pendahulunya, George W Bush.

Jumlah anggota HTI yang akan mengikuti aksi demo tersebut diperkirakan akan mencapai sebanyak ratusan orang.

Selain aksi demo di Kedubes AS, TMC juga menginformasikan tentang dua unjuk rasa lainnya yang akan dilakukan di wilayah ibukota juga pada sekitar pukul 14.00 WIB.

LSM Migrant Care akan berunjuk rasa di depan Kedutaan Besar Arab Saudi dan Kantor Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan TKI (BNP2TKI) di Jalan MT Haryono, Jakarta Timur.

Sedangkan Gerakan Pelajar DKI Jakarta juga akan menggelar demo di depan Departemen Nasional di Jalan Sudirman, Jakarta Selatan, dan di depan Gedung DPR/MPR di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat. (Antara News, 30/01/09)

Senin, 19 Januari 2009

Pembantaian Gaza, Masalah Agama !

HTI-Press. Masalah Palestina bukanlah persoalan agama, agama jangan dikait-kaitkan dengan masalah ini, pembantaian Gaza adalah persoalan kemanusiaan. Berulang-ulang opini ini dilontarkan oleh kelompok liberal-sekuler. Bahkan Presiden SBY pun ikut-ikutan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, usai bertemu dengan Duta Besar Palestina Fariz Mehdawi di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (5/1), tidak menginginkan konflik antara Israel dan Palestina diseret-seret kepada konflik antar agama.


Presiden Yudhoyono menegaskan bahwa konflik di Palestina merupakan konflik kedaulatan, bukanlah konflik antar agama. Lebih lanjut, Presiden Yudhoyono mengatakan serangan Israel adalah sebuah tindakan yang berlebihan sehingga mengakibatkan korban sipil yang begitu banyak.


Pernyataan Palestina bukan masalah agama jelas penyesatan pemikiran sekaligus penyesatan politik. Kita perlu tegaskan pembantaian lebih dari 900 saudara kita di Palestina adalah masalah agama. Memang pembantaian penduduk yang tidak bersalah yang kebanyakan diantaranya adalah anak-anak, penghancuran masjid, penggunaan senjata kimia posfor putih yang mengerikan adalah cerminan kebiadaban Israel yang merupakan persoalan kemanusiaan (humanity).


Namun dalam Islam persoalan humanity ini adalah persoalan agama (Islam). Islam mengharamkan pembunuhan manusia baik muslim atau non muslim tanpa alasan yang hak (yang dibenarkan) oleh hukum syara’. Begitu pentingnya nyawa ini sampai-sampai Rasulullah Saw. menjelaskan dengan gamblang dalam haditsnya bahwa hancurnya bumi beserta isinya adalah lebih ringan bagi Allah SWT dibanding dengan terbunuhnya nyawa seorang muslim tanpa alasan yang hak. Terbunuhnya satu orang muslim saja sudah dikecam oleh Rosulullah Saw. apalagi ratusan bahkan ribuan nyawa seperti yang terjadi di Palestina sekarang.


Hal ini tidak hanya berlaku untuk muslim tapi juga non muslim. Dalam Islam, Ahlul Dzimmah, orang kafir yang menjadi warga negara Daulah Khilafah Islam harus dilindungi. Rasulullah Saw. sampai-sampai mengatakan siapa yang menyakiti mereka (non muslim ahlul dzimmah) berarti telah menyakiti Rosulullah Saw.


Pembantaian Gaza adalah persoalan agama dalam Islam. Berdasarkan syariah Islam haram hukumnya bagi seorang muslim membiarkan saudaranya sendiri didzolimi, disakiti, apalagi dibunuh secara masal seperti yang terjadi di Gaza saat ini. Rasulullah Saw menggambarkan hal ini dengan perumpamaan yang sangat sederhana dan mudah dimengerti.


Rasulullah Saw menggambarkan persaudaraan umat Islam (al-ukhuwah al-islamiyah) seperti satu tubuh. Kalau salah satu tubuh kita sakit , maka tubuh yang lain juga menjadi sakit. Tangis ,rasa sakit, kematian saudara kita di Palestina, juga berarti penderitaan kita. Apalagi di Palestina terdapat masjid al Aqsho yang jelas sangat berhubungan dengan masalah keagamaan seperti yang diabadikan dalam al-Qur’an surat al-Isra’.


Tidak hanya itu agama Islam memberikan solusi yang kongkrit kalau terjadi pembantaian yang dilakukan musuh yang menyerang dan menjajah negeri Islam seperti yang terjadi di Palestina sekarang. Hukumnya adalah fardhu ‘ain (wajib bagi tiap individu) penduduk yang diserang dan diduduki untuk melakukan perlawanan , jihad fi sabilillah sampai tetes darah penghabisan. Kalau mereka belum mampu, maka kewajiban itu berlaku bagi kaum muslim lain yang ada disekitarnya, hingga seluruh dunia.


Tentang masalah ini Imam Nawawiy menjelaskan, “Madzhab kami berpendapat, hukum jihad sekarang ini adalah fardlu kifayah, kecuali jika kaum kafir menyerang negeri kaum muslim; maka seluruh kaum muslim diwajibkan berjihad (fardlu ‘ain). Jika penduduk negeri itu tidak memiliki kemampuan (kifayah untuk mengusir mereka), maka seluruh kaum muslim wajib berjihad hingga kewajiban itu tersempurnakan (mengusir orang kafir).”[1]


Hal yang sama dinyatakan Imam Ibnu Taimiyyah, “Jika musuh telah memasuki negeri Islam, tidak ada keraguan lagi, penduduk terdekat wajib mengusir musuh. Jika tidak mampu maka penduduk yang lain wajib berjihad (hingga meluas ke seluruh negeri Islam). Sebab, seluruh negeri Islam adalah satu kesatuan yang tidak terpisah.”[2]



Jadi yang disebut masalah agama dalam Islam bukan hanya persoalan ibadah mahdhoh seperti sholat atau puasa. Pembunuhan terhadap manusia, kemiskinan, ekonomi, politik, pendidikan, semuanya adalah masalah agama yang diatur Islam secara rinci. Islam juga memberikan solusi yang kongkrit terhadap persoalan-persoalan itu.


Mengatakan Palestina bukan persoalan agama adalah pandangan sekuler. Pandangan ini ingin memisahkan Islam dengan politik, ekonomi, dan persoalan sosial. Inilah yang membuat agama menjadi mandul untuk menyelesaikan persoalan manusia. Agama kemudian hanya sekedar nilai-nilai moral yang bersifat anjuran.


Pandangan sekuler seperti ini sekaligus mencerminkan kekhawatiran musuh-musuh Islam. Sebab, kalau umat Islam menyadari masalah ini adalah masalah agama, umat Islam akan berbondong-bondong melakukan jihad fi sabilillah membebaskan Palestina. Inilah yang ditakuti oleh musuh-musuh Islam itu. Apalagi kalau jihad fi sabilillah itu dilakukan oleh seluruh umat Islam di dunia dibawah kekuatan politik Khilafah Islam. Kalau umat Islam melakukan ini Israel pasti bisa dikalahkan, termasuk negara pendukung utamanya Amerika Serikat dan sekutunya. Inilah yang mereka takuti. (Farid Wadjdi)

Minggu, 18 Januari 2009

Zionisme Israel

Sebelum berbicara mengenai Zionisme Israel, kita harus memahami terlebih dulu hubungan antara Yahudi dan Zionisme. Dari apa yang dinyatakan Roger Geraudy dalam The Case of Israel-nya, ada isyarat bahwa ketika berbicara mengenai Yahudi, hal itu terkait dengan: (1) Yahudi sebagai agama; (2) Yahudi sebagai sebuah bangsa; (3) Yahudi sebagai keturunan; (4) Yahudi sebagai sebuah gerakan politik (baca: Zionisme). Para tokoh Yahudi sendiri memiliki penafsiran yang berbeda tentang permasalahan tersebut.

Sebagai sebuah agama, bangsa, sekaligus keturunan, Yahudi telah eksis sejak berabad-abad yang lalu; bahkan sejak zaman Nabi Musa a.s. Sementara itu, Yahudi sebagai gerakan politik adalah fenomena baru yang lahir pada masa imperialisme dan kolonialisme Barat. Dengan kata lain, Zionisme adalah pemikiran baru, bukan bagian dari historisitas Yahudi Internasional, tetapi derivat dari pemikiran Barat, khususnya Eropa. Pakar politik dan pemikir Kristen justru mengenal paham Zionisme sebelum paham itu terlintas di benak orang Yahudi. Paham itu bermula dari pengusiran-pengusiran orang-orang Yahudi. Tidak tahan dengan perlakukan seperti itu, kaum Yahudi kemudian melakukan eksodus besar-besaran ke Eropa. Kejadian ini telah membuat orang-orang Eropa merasa risih terhadap keberadaan mereka. Akhirnya, orang-orang Eropa berkeinginan memindahkan mereka dari daratan Eropa. Hal ini telah mendorong mereka untuk mencari tempat berlindung. Inilah alasan yang menyebabkan negara-negara Eropa, terutama Inggris, membentuk gerakan-gerakan Yahudi bukan untuk kebaikan Yahudi, bukan pula sebagai wujud belas kasihan kepada Yahudi, tetapi sebagai jembatan untuk mempertahankan kepentingan Eropa di wilayahnya.

Zionisme adalah gerakan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi untuk mendirikan negara khusus bagi komunitas Yahudi (di Palestina). Negara ini merupakan institusi yang mengumpulkan kembali orang-orang Yahudi yang sudah bertebaran di seluruh dunia (diaspora).

Secara politis, tahun 1882 adalah titik-tolak keinginan tokoh-tokoh Yahudi untuk mewujudkan negara Zionis Israel.? Theodore Hertzl merupakan tokoh kunci yang mencetuskan ide pembentukan negara tersebut. Ia menyusun doktrin Zionismenya dalam bukunya berjudul Der Judenstaad’ (The Jewish State).

Sejak tahun 1882, Zionisme merupakan sebuah gerakan politik yang secara sistematis berusaha mewujudkan negara Yahudi. Secara nyata, gerakan ini didukung oleh tokoh-tokoh Yahudi yang hadir dalam kongres pertama Yahudi Internasional di Basel (Swiss) tahun 1895. Kongres tersebut dihadiri oleh sekitar 300 orang, mewakili 50 organisasi zionis yang terpencar di seluruh dunia. Mereka lalu mendirikan basis kekuatannya di Wina (Austria) tahun 1896.

Imperialisme Barat

Dilihat dari perkembangan sejarah dunia, terutama sejak masa renaissance di Eropa hingga kini, dunia telah dibentuk dengan ide-ide–baik yang mendasar ataupun turunan–yang sebagian besarnya dimunculkan oleh orang-orang keturunan Yahudi (Ini berarti terkait dengan Yahudi sebagai keturunan). Hal inilah yang disimpulkan oleh Max I Dimont, seorang Yahudi, yang secara angkuh mengungkapkan dalam bukunya, Jews, God, and History. Buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Desain Yahudi atau Kehendak Tuhan ini, membuat sebuah paragrap penutup, “Jika seseorang memandang pencapaian Yahudi melalui kacamata meterialistik, ia hanya melihat sebuah minoritas tak berarti yang hanya memiliki secuplik negeri dan sedikit bataliyon. Ini tampaknya musykil. Akan tidak tampak musykil jika orang menanggalkan prasangka-perasangka yang menutup mata dan memandang dunia bukan sebagai “benda”, tetapi sebagai sebuah “ide”. Si orang itu pasti akan melihat bahwa dua pertiga ide dunia beradab sudah diatur oleh ide-ide bangsa Yahudi–ide Moses, Jesus, Paul, Spinoza, Marx, Freud, Einstein,….”

Dalam sudut pandang ideologi, ada tiga ide besar yang tidak bisa dilepaskan dari pemikiran dan keterlibatan orang-orang Yahudi, yakni Kapitalisme, Sosialisme, dan Zionisme.

Kapitalisme dan Sosialisme pertama kali digagas di Eropa. Ideologi ini dibangun atas dasar pemikiran-pemikiran mendasar tentang manusia dan kehidupan. Peran orang-orang Yahudi untuk menghasilkan ide-ide yang merusak dunia ini sangatlah besar. Seperti yang ditulis oleh Max I Dimont ketika mengomentari masa kebangkitan Eropa (renaissance), “Tetapi citra akan terkaburkan jika kita menghapuskan nama-nama kontributor Yahudi. Dalam periode ini, menjulang tinggi figur-figur Yahudi seperti Marx, Freud, Bergson, Einstein…”.

Dari Karl Marx muncul ideologi Sosialisme, termasuk Komunisme. Masih dalam buku yang sama, Max I Dimont memberikan komentar tentang Karl Marx, tentunya dengan sudut pandang Yahudi-nya yang sangat kental, “Karl Marx, anak seorang Yahudi yang berada, dilahirkan pada tahun 1818 di Trier, Jerman…”

Ide ekonomi kapitalis dunia tidak bisa juga dilepaskan dari seorang David Ricardo. Dia dianggap sebagai Bapak Kapitalisme yang telah merumuskan teori-teori ekonomi Kapitalisme penting tentang utang, kepemilikan, upah, dan tentang kuantitas uang. Bagaimana kedekatan David Ricardo ini dengan Yahudi? Kembali Max I. Dimont menulis, “…Ayah Ricardo telah mengadakan kebaktian Yahudi untuk pemakaman anaknya itu…”

Apa yang dirasakan oleh manusia dengan kedua ideologi yang dicetuskan oleh orang-orang Yahudi ini? Kedua ideologi ini telah membawa kehancuran yang dahsyat bagi dunia, terutama karena kedua-duanya menjadikan imperialisme (penjajahan) sebagai instrumen untuk meneguhkan sekaligus mengembangkan dirinya ke seluruh dunia.

Hubungan Zionisme dengan Imperialisme

Lalu, bagaimana hubungan antara Kapitalisme dan Sosialisme–yang sama-sama menggunakan imperialisme sebagai instrumennya–dengan Yahudi sebagai sebuah agama dan Yahudi sebagai sebuah gerakan politik (Zionisme)?

Sebagai sebuah agama yang hanya bersifat ritual dan spiritual, Yahudi tidak bisa berdiri sendiri. Agama Yahudi membutuhkan sebuah ideologi politik. Oleh karena itu, para penganut agama Yahudi ada yang bergabung dengan ideologi Kapitalisme dan ada pula yang bergabung dengan Sosialisme.

Namun demikian, sebagai sebuah gerakan politik (Zionisme), Yahudi lebih memanfaatkan Kapitalisme–yang memang lebih dominan sekaligus lebih berjaya dengan imperialismenya–sebagai kendaraan politiknya. Oleh karena itu, Zionisme berhasil menuai berbagai keuntungan politis berkat dukungan imperialisme Barat sejak dimulainya imperialisme tersebut hingga saat ini.

Dibandingkan dengan imperialisme Barat–meskipun secara tidak langsung dicetuskan oleh orang-orang Yahudi karena merekalah yang menggagas ideologi Kapitalisme–Zionisme jelas kalah pamor. Kepentingan imperialisme sendiri muncul lebih awal ketimbang kemunculan gerakan bersatunya Yahudi sebagai kekuatan politik yang sangat berpengaruh di Barat. Historisitas gerakan Zionisme bukan bagian dari historisitas Yahudi internasional dan tidak pernah dikenal oleh orang-orang Yahudi Yaman, India, atau Irak; tetapi hanya dikenal oleh orang-orang Yahudi di Dunia Barat. Gerakan ini juga tidak pernah dikenal pada Abad Pertengahan, melainkan baru dikenal pada abad ke-19, yakni bersamaan dengan meletusnya peperangan melawan imperialisme Barat di berbagai wilayah.

Karena kesadaran pengikut zionis akan pentingnya bersandar kepada pihak luar, maka mereka bergabung dengan sentral kekuatan imperialisme yang mampu untuk menjamin perlindungan dan keamanan terhadap mereka. Untuk itu, Yahudi memindahkan kegiatan dan markas mereka ke Amerika, agar terus mendapat jaminan perlindungan dan keamanan Amerika.

Simbiosis Barat imperialis dengan kaum Zionis Yahudi menemukan bentuk idealnya ketika mereka bersama-sama menghadapi kekuatan kaum Muslim yang saat itu berada di bawah naungan Daulah Islamiyah Utsmaniyah. Orang-orang Yahudi ‘rela’ mengubur permusuhannya dengan orang-orang Barat Kristen. Padahal mereka belum pupus ingatannya terhadap peristiwa yang menimpa warga Yahudi Eropa, tatkala Raja Spanyol yang beragama Katolik bertanggung jawab terhadap pembantaian dan pemusnahan kaum Yahudi dari daratan Eropa, tidak lama setelah jatuhnya benteng Islam terakhir di wilayah Andalusia–sekarang menjadi daerah Portugal dan Spanyol-tahun 1492.

Zionisme Israel, Imperialisme AS, dan Terorisme Keduanya di Dunia Islam

Kita tahu, sejak tampil sebagai pemenang dalam Perang Dunia II dan juga Perang Dingin hingga saat ini, pijakan kebijakan politik luar negeri AS–sebagai pengusung utama ideologi kapitalisme–sebetulnya tidak pernah berubah, yakni imperialisme (penjajahan). Yang berubah adalah cara dan sarananya saja. Jika pada masa lalu imperialisme lebih menonjolkan kekuatan fisik (militer), maka saat ini instrumen yang digunakan adalah politik dan ekonomi. Pada era imperialisme non-fisik inilah hubungan Zionisme dengan sentra kekuatan imperialisme Barat ini, terutama AS, jutru semakin erat dan bahkan semakin ‘mesra’. Hal itu dapat dilihat dari berbagai kebijakan politik luar negeri (baca: imperialisme) Amerika, khususnya di Timur Tengah, yang selalu menguntungkan kaum Zionis. Keduanya bahkan sama-sama terlibat secara intens di dalam menebarkan teror di Dunia Islam.

Hal ini sebetulnya mudah dipahami ketika kita mengetahui siapa sesungguhnya yang menentukan kebijakan politik luar negeri Amerika. Menurut beberapa sumber bahwa politik luar negeri AS banyak dipengaruhi Kongres dan lobi Yahudi; di samping agen intelijen dan media massa.

Kongres dan lobi Yahudi yang dikenal dengan AIPAC (American-Israel Public Affairs Committee) memainkan peranan vital dalam politik LN Amerika sejak tahun 1960-an walaupun implikasinya tidak kentara (invisible) di lapangan, tetapi mereka yang bertanggung jawab dalam hal tersebut sangat merasakan sepak terjangnya yang kuat. Kongres memainkan peran substansial dalam membentuk kebijakan LN Amerika, terutama untuk kawasan Timur Tengah, antara lain dengan melindungi keamanan entitas Zionis, eksistensi, dan superioritasnya di berbagai aspek karena entitas ini diproyeksikan sebagai agen Barat kawasan ini. Konsekuensinya, Kongres konsisten membuat segala upaya untuk mengalokasikan porsi bantuan LN yang signifikan buat Israel pada saat konflik Israel vis-a-vis Arab terus bereskalasi.

pada saat PBB mengeluarkan resolusi yang sangat lunak tentang kebiadaban Israel baru-baru ini, Kongres AS berbuat sebaliknya. Mereka melakukan voting untuk mengecam Palestina. Inilah gambaran demikian kuatnya pengaruh Yahudi di Amerika Serikat.

Mengapa Yahudi demikian kuat di AS, padahal jumlah mereka sedikit? Edward Tivnan dalam bukunya, The Lobby, Jewish Political? Power and American Foreign Policy meneliti tentang sejauh mana kekuatan masyarakat Yahudi di AS. Dalam buku itu disebutkan beberapa sumber kekuatan Yahudi dalam politik AS, antara lain:

1. Senjata politik. Lewat ini kelompok Yahudi akan dapat mengecap atau memberi label anti Israel, Pro Arab, atau anti Semit kepada mereka yang mengeritik Israel.

2. Suara (vote) masyarakat Yahudi. Meskipun Amerika memiliki tradisi demokrasi yang kental, sesungguhnya hanya sedikit penduduk AS yang memberikan suaranya, bahkan hampir setengah dari pemilih tidak memberikan suara. Sebaliknya, enam juta Yahudi yang hanya 3% dari seluruh penduduk bisa secara maksimal memberikan 90% suara mereka.

3. Kemampuan orang-orang Yahudi untuk memberikan uang dalam kampanye-kampanye politik. Kekuatan uang–yang menonjol–dalam pemilihan di Amerika Serikat hampir seusia dengan negara ini. Yahudi pertama yang memberikan dana politik nasional adalah seorang bankir Yahudi bernama Abraham Feinberg. Dia merupakan penyokong dana pemilihan Hary Truman dan John F. Kennedy. Yahudi Amerika Serikat sangat ‘dermawan’ terhadap calon yang mereka percaya akan mendukung kepentingan mereka.

Di samping itu, setiap orang mengakui bahwa media massa merupakan elemen tak terpisahkan dari proses politik Amerika yang secara tidak langsung memberikan kontribusi pada politik LN-nya. Liputan media selalu saja memberikan impresi (penekanan) negatif dan pandangan miring terhadap orang Arab dan komunitas Islam. Pada sisi lain, media Amerika secara konsisten mempresentasikan Israel dalam a positive light, kendati kebrutalan dan kebiadaban terus dilakukannya. Tidak dipungkiri memang, bahwa media Amerika telah didominasi oleh Yahudi yang berhasil menampilkan sosok rakyat Arab dan umat Islam seperti monster yang menteror dan mendestabilkan dunia.

Dari 1.700 koran terbitan AS, 3% adalah milik Yahudi. Jumlah ini mencakup surat kabar yang terkemuka, terutama dalam masalah internasional. Misalnya The New York Times dan The Washington Post. Hartawan Yahudi AS juga menguasai majalah mingguan yang berpengaruh seperti Newsweek, Time, US News & World Report; ataupun mingguan intelektual seperti Nation, New Republic, The New York Times Review of Books, dan lain-lain. Mereka juga menguasai tiga televisi besar di AS seperti The Columbia Broadcasting System, The American Broadcasting Corporation, dan The National Broadcasting Corporation. Perlu dicatat, orang AS lebih suka menontot TV dari pada membaca. Dengan demikian, pengaruh TV di AS untuk membentuk opini sangatlah besar.

Lebih dari itu, eratnya hubungan Zionisme dengan imperialisme AS dapat dilihat dari beberapa fakta berikut.

Semasa masih menjadi presiden, di Los Angeles, Bill Clinton (14/8/2000), misalnya, pernah berkata, “Kami harus menjalin hubungan erat dengan Israel, sebagaimana telah saya lakukan sepanjang kekuasaan saya sebagai presiden dan sepanjang 52 tahun lampau.”

Sementara itu, pada awal-awal kekuasaannya sebagai presiden AS, George W. Bush berkomentar pada jumpa pers yang ia lakukan dengan Toni Blair di Kamp David pada tanggal 23/2/2001, “Kami akan mengulang kembali seluruh kebijakan-kebijakan politik (sebelumnya) untuk wilayah-wilayah dunia. Salah satunya adalah wilayah yang telah menyita sebagian besar waktu, yakni sekitar Teluk Persia dan Timur Tengah.”

Dua pekan sebelumnya, Bush ketika mengucapkan selamat kepada Ariel Sharon dalam Pemilu tanggal 6/2/2001, menyatakan, “Amerika akan bekerjasama dengan semua pemimpin Israel; sejak berdirinya pada tahun 1948. Hubungan bilateral kami sangat kokoh layaknya batu karang; sebagaimana komitmen Amerika terhadap keamanan Israel dan adanya kepercayaan besar terhadap PM Sharon.”

Presiden AS yang baru dilantik, Barack Obama, bahkan jauh-jauh hari, yakni pada saat-saat awal kampanyenya untuk pemilihan presiden, juga mengungkapkan hal senada: dukungan total dan tanpa syarat terhadap Yahudi-Israel. Dukungan total dan tanpa syarat terhadap yahudi-Israel tersebut bahkan seolah menjadi ‘tradisi’ para presiden terpilih AS, siapapun orangnya.

Demikianlah sikap resmi pemerintah AS terhadap Israel. Wajar jika berbagai kebijakan politik yang ditempuh Israel di Timur Tengah akan selalu mendapatkan dukungan atau, paling tidak, restu dari AS.

Sikap Umat Islam

Dari paparan di atas, belum terlambat waktunya bagi kaum Muslim untuk menyadari bahwa musuh mereka saat ini adalah Zionisme Israel dan Imperialisme Barat (terutama AS). Oleh karena itu, sudah saatnya pula kaum Muslim menjadikan mereka sebagai musuh utama yang segera harus dimusnahkan di muka bumi. Sayangnya, hal itu mustahil dapat dilakukan jika kaum Muslim tidak memiliki sebuah institusi yang kuat; sebuah institusi (negara) yang berbasiskan ideologi Islam. Sebab, ideologi Barat–yakni Kapitalisme yang melahirkan imperialisme dan Zionisme–hanya mungkin dilawan dengan ideologi Islam, dan institusi (negara) semacam AS dan Yahudi hanya mungkin dapat dilawan dengan institusi (negara) Islam, yakni Khilafah Islam. Tanpa ideologi Islam dan Khilafah Islam, jangan berharap kita mampu menghancurkan AS dan Yahudi; bahkan sekadar untuk melepaskan diri dari cengkeraman keduanya. Wallahu a’lam bish-shawab. []

Sabtu, 17 Januari 2009

Bumi Isra’ Dan Mikraj Nabi Dikhianati

HTI-Press. Jika hari-hari ini kita menyaksikan tayangan televisi al-Jazeerah, al-‘Alam atau televisi lokal, pasti hati kita akan tersayat pedih. Kita menyaksikan setiap hari penduduk Gaza dibantai dengan biadab oleh bangsa terlaknat (al-maghdhubi ‘alaihim), Yahudi. Lihatlah, dalam waktu 18 hari saja, sudah 930 jiwa yang gugur sebagai syuhada’, dan 4280 jiwa yang terluka, sebagai korban kebrutalan dan kebiadaban Israel. Sampai PM Israel, Ehud Olmert (12/1/2009 M) menyatakan, bahwa apa yang telah dilakukannya dalam 16 hari itu belum pernah dilakukan sebelumnya sepanjang pendudukan. Dia juga mengklaim, apa yang dicapainya dalam waktu 16 hari itu juga belum pernah dicapai sebelumnya.


Klaim Olmert mungkin benar, jika dilihat dari jumlah korban dan kerusakan yang ditimbulkan oleh kebrutalan dan kebiadaban Isreal. Bukan hanya manusia, rumah, sekolah dan masjid pun tidak luput dari kebrutalan dan kebiadaban bangsa kera itu. Meski demikian, yakinlah apa yang dialami oleh Israel saat ini sesungguhnya adalah kegagalan dan kekalahan. Pejabat Israel semula menyatakan, bahwa target mereka menyerang Gaza, yang didahului dengan blokade selama bertahun-tahun, adalah untuk melumpuhkan kekuatan Hamas dan kelompok-kelompok perlawanan yang ada di Gaza, seperti Brigade al-Qasam, al-Quds dan lain-lain dalam waktu lima hari. Namun, sudah 18 hari target ini tidak berhasil mereka capai. Meski Israel telah mengerahkan seluruh kekuatannya, bahkan dengan menggunakan senjata terlarang, seperti bom Fosfor putih, ternyata mereka tak kunjung berhasil. DK PBB yang mengeluarkan resolusi 1860 pada tanggal 9 Januari 2009 M, yaitu 14 hari setelah serangan biadab Israel, yang bertujuan untuk menyelamatkan posisi Israel pun juga tidak berhasil. Sehari sebelum serangan darat, 2 Januri 2009, pejabat Israel menyatakan akan mengerahkan 6500 personil lengkap dengan tank dan kendaraan lapis baja, hingga hari ini ternyata tidak berhasil. Sehingga Israel terpaksa harus mengerahkan tentara cadangannya (12/1/2009 M). Olmert yang sebelumnya menyatakan, bahwa tidak lama lagi serangan akan diakhiri, karena target hampir tercapai, namun hari ini pernyataan itu harus direvisi Menlunya sendiri, Livni.


Namun yang menarik, pada hari yang sama (13/1/2009 M), Menlu Mesir, Abu Ghaith juga menyatakan tidak akan mentolelir negaranya digunakan untuk membangun kekuatan Hamas. Iya, pemerintah Mesir bukan hanya mengkhianati Hamas, tetapi juga rakyat Gaza dan Palestina. Lihatlah, ketika penduduk Gaza hendak memasuki Rafah, perbatasan Gaza-Mesir, polisi Mesir melepaskan tembakan peringatan ke udara, dan mengusir mereka. Bahkan, kini ketika Gaza sudah dijadikan sebagai zona militer tertutup oleh Israel, dan satu-satunya pintu keluar adalah Rafah, lagi-lagi penguasa Mesir hanya diam menyaksikan saudara-saudara mereka dibantai di depan mata mereka.


Wajar, jika sebelumnya Hasan Nashrullah, pimpinan Hizbullah, menyatakan jika penguasa Mesir tidak membuka pintu Rafah, berarti mereka terlibat dalam tindakan kriminal Yahudi. Dan, jika rakyat Mesir juga diam, tidak mendesak penguasa mereka, maka mereka pun sama. Sama-saam terlibat dalam tindakan kriminal Yahudi terhadap Gaza. Rupanya, pernyataan Hasan Nashrullah itu begitu menakutkan penguasa Mesir. Bukan hanya Menlu, Abu Ghaith, yang menanggapi pernyataan tersebut, tetapi penguasa Mesir langsung melakukan mutasi besar-besar di tubuh angkatan bersenjata Mesir, karena khawatir akan terjadi kudeta. Apalagi, sebelumnya seorang perwira Mesir menyatakan akan menggulingkan Husni Mubarak, jika dia berpihak kepada Israel. Bukan hanya itu, dengan sigap penguasa Mesir pun telah menangkap dan menjebloskan sejumlah perwira tinggi mereka ke penjara. Pengkhianatan penguasa Mesir tidak hanya sampai di situ, suara rakyatnya pun dibungkam. Tidak kurang puluhan anggota Ihwan al-Muslimin ditangkap dalam demonstrasi menentang kebrutalan Israel, dengan dalih menjadi anggota organisasi terlarang.


Pemerintah Mesir tidak sendiri. Pemerintah Yordania juga melakukan hal yang sama. Meski demonstrasi diizinkan, namun sejumlah demonstran ditangkapi di depan Kedubes Israel di Amman, ketika memprotes kebiadaban Israel. Bahkan yang lebih ironis lagi adalah penguasa Saudi. Jika di televisi Suriah, Libanon, Qatar, Libya dan lain-lain hampir setiap saat memutar tayangan tragedi Gaza berulang-ulang, maka hal yang sama tidak akan Anda jumpai di televisi Saudi, baik channel 1 maupun 2. Bukan hanya itu, Mufti Saudi pun diminta mengeluarkan fatwa yang mengharamkan demostrasi jalanan untuk menentang kebrutalan Israel. Tentu saja, fatwa aneh ini pun ditentang oleh para ulama’ yang lain. Dari Suriah, seorang ulama’ secara terbuka di televisi al-‘Alam meminta sang mufti bertaubat kepada Allah, karena fatwanya yang ngawur itu. Bukan hanya itu, pemerintah Saudi juga menolak seruan Iran untuk mengembargo pasokan minyak ke Israel. Qatalahumu-Llah fa aina yu’fakun (Semoga Allah segera membinasakan mereka. Bagaimana mereka sampai bisa berpaling seperti itu)?


Inilah bukti-bukti pengkhianatan mereka, bukan hanya terhadap Gaza, tetapi juga terhadap bumi Israk dan Mikraj Nabi saw. Jatuhnya Palesina ke tangan Yahudi adalah buah pengkhianatan para penguasa itu. Mulai dari Perang 1948, Perang 1956 hingga Perang 1967, yang secara keseluruhan peperangan tersebut berhasil membangun mitos, bahwa Israel tak terkalahkan, dan tidak bisa dihadapi dengan peperangan. Padahal, pengkhianatan para penguasa itulah yang menyebabkan Israel seolah tidak terkalahkan. Bukti nyata semuanya itu kini bisa kita saksikan dalam serangan brutal Isarel saat ini. Selain itu, kita juga telah menyaksikan bagaimana Israel, yang konon hebat itu, ternyata kalah berperang melawan Hizbullah, Juli 2006.


Iya. Para penguasa itulah yang sesungguhnya menjadi penyakit Islam dan umatnya. Mereka menjadi benalu, dan racun di tubuh umat Muhammad saw. ini. Ketika tentara-tentara Islam siap berjihad, merekalah yang justru mengikat tangan dan kaki tentara-tentara itu untuk berangkat berjihad. Ketika rakyat meluapkan perasaan mereka, untuk memprotes diamnya para pengkhianat itu, justru mereka terus-menerus menjaga kepentingan Yahudi di negeri mereka. Mereka bahkan telah diajari oleh seorang Hugo Chaves, yang nota bene bukan pemeluk Islam. Anehnya, mereka pun tidak malu. Iya, mereka memang sudah tidak mempunyai rasa malu. Karena akidah mereka sudah mati. Mereka memang bukan lagi umat Muhammad. Lalu, masihkah umat Muhammad ini berharap kepada mereka?


Tidak. Umat Muhammad yang mulia ini membutuhkan seorang pemimpin yang ikhlas, berjuang dan mengabdi hanya untuk kepentingan Islam dan umatnya. Dialah Khalifah kaum Muslimin. Iya. Sudah saatnya, umat ini mengangkat seorang Khalifah untuk mengurusi dan menyelesaikan seluruh urusan mereka. Khilafahlah yang akan memenuhi jeritan anak-anak, wanita dan orang tak berdaya di Gaza. Khilafahlah yang akan mengerahkan pasukannya untuk berjihad melawan tentara Israel, dan menghancurkan negara Yahudi itu hingga ke akar-akarnya. Khilafahlah yang akan menghadapi Amerika, Inggeris, Rusia dan negara-negara Eropa yang mendukung eksistensi negara Zionis itu. Khilafahlah yang akan membersihkan negeri-negeri kaum Muslimin dari antek-antek negara-negara penjajah itu.


Allahumma ikhla’ Kiyan al-Yahud, wa a’wanaha, wa duwal al-lati da’amatha wa da’amat wujudaha min Falasthin wa sairi bilad al-Muslimin min judzuriha. Wa ‘aqim ‘alaiha daulata al-Khilafah ya Rabb. Allahumma ‘ajjil lana nushrataka bi qiyamiha (Ya Allah, cabutlah entitas Yahudi, para pendukungnya, juga negara-negara yang mendukungnya dan mendukung eksistensinya dari Palestina dan seluruh negeri kaum Muslim hingga ke akar-akarnya. Ya Rabb, dirikanlah di atas puing-puingnya Negara Khilafah. Ya Allah, segerakanlah pertolongan-Mu dengan tegaknya Khilafah). Allahhumasyhad, fainna qad ballaghna.. (Hafidz Abdurrahman

our Memory

Rabu, 14 Januari 2009

Jumat, 09 Januari 2009

PERNYATAAN HIZBUT TAHRIR

Nomor: 148/PU/E/12/08 Jakarta, 28 Desember 2008 M
29 Dzulhijjah 1429 H

PERNYATAAN
HIZBUT TAHRIR INDONESIA
Hanya Khilafahlah yang Bisa Menghentikan Kebiadaban Israel


Biadab! Itulah kata paling tepat untuk menggambarkan serangan udara Israel ke Rafah di Selatan Gaza, Palestina pada Sabtu 27 Desember lalu. Bagian dari wilayah Palestina yang dikuasai kelompok Hamas ini memang terus menjadi target Israel. Setelah berbulan-bulan diblokade oleh tentara Israel sedemikian rupa hingga warga Palestina yang tinggal di wilayah itu mengalami kesulitan pasokan bahan bakar, listrik, air dan juga makanan, kini Israel menggempurnya dengan menembakkan 30 misil ke wilayah yang nyaris tidak mepunyai sistem pertahanan yang berarti itu. Lebih 300 orang tewas dan 800 lainnya terluka. Puluhan bangunan hancur. Ini adalah aksi kesekian kali yang menjadi bukti kebiadaban Zionis Israel. Tidak hanya itu, Israel pun telah menyiapkan 6500 tentara cadangannya untuk melakukan serangan darat.

Berkenaan dengan hal ini, Hizbut Tahrir Indonesia menyatakan:
1. Tindakan brutal Israel ini jelas merupakan tindakan biadab, yang bukan hanya harus dikecam dan dikutuk dengan keras, tetapi juga harus dihadapi dan dilawan dengan kekuatan yang sama. Sesungguhnya protes yang dilakukan oleh umat Islam di sejumlah negeri Arab pada hari Ahad (28/12/2008) menunjukkan, bahwa mereka sesungguhnya ingin melakukan itu, dan dengan izin Allah mereka mampu mengalahkan Israel, namun para penguasa merekalah yang justru menjadi penghalang. Bukan hanya itu, para penguasa mereka jugalah yang telah menutup pintu perbatasan Palestina dengan negara mereka, sehingga anak-anak, kaum perempuan dan orang tua pun menjadi sasaran pembantaian brutal Israel.
2. Terhadap serangan brutal itu, AS dan negara-negara Barat justru memaklumi tindakan Israel, padahal serangan brural ini nyata-nyata merupakan tindakan terorisme, dan melanggar HAM. Ini membuktikan, bahwa HAM hanyalah omong kosong, yang hanya diperuntukkan buat AS dan sekutunya, tapi tidak untuk warga Palestina dan umat Islam. Serangan biadab Israel itu juga menunjukkan bahwa global war on terrorism itu hanyalah kedok untuk memerangi Islam. Bila sungguh-sungguh ingin memerangi teroris, mengapa tindakan ini dibiarkan dan para pejabat Israel yang bertanggung jawab juga tidak disebut teroris?
3. Menyerukan kepada penguasa negeri-negeri Muslim untuk bersatu mengerahkan kekuatan militernya untuk menghentikan kebiadaban Israel dan melindungi warga Palestina di sana. Bila tidak, berarti para penguasa negeri-negeri Muslim telah mengkhianati Allah, Rasul dan orang-orang Mukmin, dengan membiarkan terjadinya pembantaian terhadap warga Palestina.
4. Menyerukan kepada umat Islam untuk secara sungguh-sungguh berjuang demi tegaknya Khilafah, karena hanya Khilafahlah yang mampu menyatukan 1,4 milyar umat Islam di seluruh dunia dengan segenap potensi yang dimilikinya. Dengan kekuatan itulah, mereka akan memiliki kekuatan untuk melindungi diri, termasuk melawan kebiadaban seperti yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina sekarang ini.

Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia

Muhammad Ismail Yusanto
Hp: 0811119796 Email: Ismaily@telkom.net