Selasa, 24 Februari 2009

Permainan Catur dan Pakistan




Oleh: Adnan Khan


HTI-Press. Sejak terpilihnya Barack Obama sebagai presiden baru AS, beberapa peristiwa berlangsung secara cepat terutama di Afghanistan dan Pakistan, dua negara muslim yang lokasinya strategis karena bersebelahan dengan sumber energi Asia Tengah.


Obama menekankan dalam kampanye pemilunya bahwa ia menganggap Pakistan sebagai sumber Teror dibandingkan Afghanistan dan ia akan mengirim tentara melewati perbatasan dan memasuki wilayah Pakistan apabila pemerintah Pakistan tidak bertindak. Adalah masa menjelang pelantikan Obama, ketika pesawat AS tidak berawak melancarkan serangan rudal terhadap Pakistan yang menewaskan warga tidak bersalah. Hal ini menunjukkan bahwa ucapan Obama memang serius. Apa yang kita saksikan kini tidak lain adalah penerusan kebijakan Bush.


Setelah mengalami kegagalan di Iraq, AS juga menghadapi situasi yang semakin sulit di Afghanistan. Gerakan perlawanan disana memaksa AS untuk bernegosiasi dengan negara-negara yang selama ini dianggap tidak bersahabat seperti Iran dan Rusia. Jalur logistik semakin rawan untuk disabotase dan perpecahan di dalam NATO pun mulai tampak dengan adanya penolakan Jerman dan Perancis untuk menambah jumlah tentaranya di Afghanistan.


Pentingnya wilayah ini terlihat dari dilibatkannya negara-negara seperti Latvia yang tidak berbatasan langsung dengan Afghanistan untuk mengamankan kebutuhan pasokan logistik NATO. Tidak kurang dari 700 peti kemas seminggu dikirim ke pelabuhan di Latvia untuk selanjutnya diteruskan melalui kereta api ke Afghanistan.


Utusan AS Richard Holbrooke dalam kunjungannya menggambarkan situasi disana sebagai ‘lebih buruk daripada Iraq’. Laksamana Mike Mullen, pimpinan kepala staf militer AS berkata,” situasi semakin memburuk dari hari ke hari.” Menlu Inggris David Miliband minggu lalu juga berkata adanya ‘jalan buntu’, suatu kondisi yang sudah lama diketahui oleh para jenderal senior dan pejabat keamanan.


Taliban kini mengontrol wilayah Afghanistan Selatan dan Timur dan melakukan serangan mematikan terhadap pusat pemerintahan di Kabul termasuk serangan terhadap kementerian kehakiman. AS telah memberikan wewenang kepada NATO untuk membuat perjanjian dalam rangka memasok kebutuhan logistik yang melewati wilayah Rusia dan Iran.


Pemerintahan Pakistan sekali lagi gagal dalam mengambil inisiatif dan mengambil kesempatan ketika AS berada dalam posisi lemah — terpuruk ekonominya dan terbebani oleh dua perang berdarah. Perlu diingat bahwa 85-95% (terangkut dengan 300-500 truk per hari) pasokan logistik ke Afghanistan berasal dari Pakistan melalui pelabuhan Qasim di Karachi. Pemerintahan Zardari seperti Musharraf justru memperkuat posisi AS dengan berpartisipasi dalam Perang Melawan Islam dan mengkhianati rakyatnya. Padahal dalam berbagai jajak pendapat ditemukan kebencian terhadap AS dan kebijakannya. Kenyataan bahwa pesawat tidak berawak AS “diterbangkan dari pangkalan Pakistan” sebagaimana dinyatakan oleh senator Dianne Feinstein, anggota Komite Intelijen Senat, menunjukkan penghambaan pemerintahan Pakistan yang dipimpin Zardari kepada AS.


AS sangat memahami bahwa ia tidak bisa menang tanpa didukung oleh pemerintahan Pakistan yang korup. Oleh karenanya, AS mendukung pemerintahan Zardari sebagaiman mendukung Musharraf. AS kini menggunakan militer Pakistan sebagaimana layaknya tentara bayaran untuk membunuhi rakyatnya sendiri.


Menteri Pertahanan AS Robert Gates mengatakan bahwa tujuan utamanya bukanlah untuk membangun “Valhalla di Asia Tengah.” Membentuk Afghanistan yang liberal, demokratis dan sejahtera untuk saat ini menjadi tertunda. Steve Cohen, dari lembaga penelitian kebijakan Brookings Institution di Washington juga mengatakan,” Kita sudah meninggalkan tujuan untuk membangun demokrasi yang nyaman dan bahagia sebagaimana model Skandinavia.”


Pernyataan-pernyataan tersebut menunjukkan niat sesungguhnya pemerintah AS. Apabila tidak ada perubahan situasi, maka AS bisa juga memutuskan hubungan dengan Pakistan dengan mempererat aliansi strategis dengan India demi mengamankan kepentingan AS di sana.


Satu-satunya jalan untuk membangun keamanan dan stabilitas di wilayah tersebut adalah dengan membentuk Khilafah. Ini akan menyatukan semua propinsi di Pakistan dan akan menghapus rasa permusuhan dari dada rakyat. Di samping itu, Pakistan juga akan disatukan dengan Afghanistan dan negeri-negeri muslim lainnya, serta menghapus tapal perbatasan yang awalnya digariskan oleh Sir Mortimer Durand atau Sir Cyril Radcliffe. Muslim Pakistan hari ini bertanya-tanya, dimanakan Mohammad bin Qasim berada hari ini. (Terjemahan Rusydan; khilafah.com, 16/02/09)

Bocoran Proposal Pemerintah Inggris: Penyeru Khilafah, Syariah dan Jihad akan Dicap ‘Ekstrimis’


HTI-Press. Surat kabar Guardian beberapa hari lalu menyebutkan bahwa Pemerintah Inggris sedang membuat proposal yang akan secara efektif menyebutkan aspek-aspek inti dari Islam, yang diyakini oleh semua mazhab hukum Islam, sebagai ‘ekstrimis’. Hal itu termasuk diantaranya keyakinan kepada Khilafah dan Syariah bagi negeri-negeri kaum Muslim; Jihad untuk melawan pendudukan tanah Kaum Muslim dan mempertahankan diri dari serangan kaum penyerbu; dan hukum Islam atas masalah homoseksual. Hingga kini, pemerintah masih belum memberikan sanksi bagi orang-orang yang meyakini ide-ide itu.

Berbicara mengenai adanya laporan tadi, Taji Mustafa, Perwakilan Media Hizbut Tahrir Inggris, mengatakan :”Jika hal ini disetujui, maka rencana-rencana tadi akan mengingatkan pendekatan yang dipakai oleh para rezim tiran di Negara-negara Muslim yang mencoba melarang aspek-aspek Islam yang akan membawa keadilan dan sistem akuntabilitas yang memberikan keamanan bagi masyarakat di sana.”

“Di Negara-negara itu, rezim-rezim tersebut melihat tumbuhnya keyakinan atas ide-ide ini walaupun telah diterapkan metode brutal oleh mereka untuk mencegah masyarakat menerapkan ide-ide Islam itu, dan kebijakan semacam itu hanya akan menambah kebencian dan kemarahan atas mereka,” kata Taji.


“Rencana yang dibuat oleh Pemerintah Inggris itu mungkin tidaklah se-ekstrim seperti yang dilakukan Uni Soviet pada zaman Stalin, di mana ide-ide inti agama dianggap bertentangan dengan nilai-nilai pemerintah dan kemudian dilarang. Tetapi rencana-rencana itu tentu saja berjalan sesuai arah yang sama dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat Senator McCarthy pada tahun 1950an di mana sebagian keyakinan politik dianggap sebagai ‘tidak pro-Amerika’,“ paparnya lagi.


“Sekarang kita sedang menyaksikan usaha yang dilakukan oleh Negara untuk menasionalisasi ide-ide politik dan sosial, yakni “Nilai-nilai Inggris’ – seperti yang didefenisikan oleh pemerintah dan didukung oleh banyak partai konservatif, maupun lembaga-lembaga kajian sayap kanan—yang sebenarnya adalah nilai-nilai yang sangat sekuler dan liberal. Ketika warna kaum totalitarian dalam masyarakat sekuler—liberal mulai muncul, semakin banyak orang—yang memiliki keyakinan agama yang dalam atau pandangan sosial konservatif—yang menjadi terasing. Namun, proposal-proposal semacam ini yang menargetkan komunitas Kaum Muslim, akan menjadi sebuah langkah lanjutan, yang akan menunjukkan bahwa hanya satu pandangan sosial politik saja yang bisa diterima dalam masyarakat Inggris yang modern. Hal ini akan menjadi kegagalan tertinggi dari filsafat yang telah melahirkan perang atas terror di mana ratusan ribu orang terbunuh karena kekerasan—dan berlangsung tidak sukses—demikian juga dengan nilai-nilai sekuler liberal yang sama di dunia.”


“Ketika kita membaca rencana-rencana seperti itu, kita bertanya, siapakah ekstrimis yang sesungguhnya di dunia pada saat ini?” tanya Taji Mustafa dengan tegas. (ra/nl/daily.pk, Selasa, 17 Februari 2009)

Jumat, 20 Februari 2009

Benjamin Netanyahu Upayakan Bentuk Pemerintahan Baru Israel



Pemimpin sayap kanan Benjamin Netanyahu, Jumat, menerima mandat untuk membentuk pemerintahan baru Israel dan segera menyerukan koalisi persatuan nasional yang menyeluruh dengan mitra-mitra tengah dan kiri.

Koalisi menyeluruh seperti ini akan menciptakan sebuah pemerintahan yang stabil dan kuat yang kebal dari tekanan dari parpol-parpol pinggiran yang melumpuhkan pemerintahan-pemerintahan Israel sebelumnya.

Namun belum ada isyarat bahwa para pesaing Netanyahu menerimanya sehingga tidak ada pilihan bagi Netanyahu selain membentuk aliansi dengan kelompok-kelompok ekstrem kanan dan fundamentalis Yahudi yang membuatnya mengekang untuk berdamai dengan Palestina dan memperkuat disiplin fiskal.

Palestina dan Arab sepertinya melihat pencalonan Netanyahu sebagai Perdana Menteri Israel ini sebagai pemastian bahwa sebagian besar orang Israel tidak mau terburu-buru membuat perdamaian dengan Arab.

Netanyahu (59) memimpin partai sayap kanan yang konservatif, Partai Likud. Dia pernah menjadi Perdana Menteri Israel sebelum akhir 1990an dan kini memiliki waktu enam minggu untuk membangun sebuah koalisi guna memerintah lagi Israel untuk keduakalinya.

Partai Likud berhasil melipatgandakan perolehan kursinya pada pemilu sepuluh hari lalu dimana keamanan negara Yahudi menjadi isu utama kampanye setelah konflik 2006 dengan Hizbullah di Lebanon dan perang melawan Hamas di Gaza bulan lalu. Namun, belum ada pemenang sesungguhnya dalam pemilu 10 Februari kemarin itu.

Dengan 27 kursi dari total 120 kursi Knesset (parlemen Israel), kubu Netanyahu hanya kalah satu kursi terhadap partai tengah Kadima pimpinan Tzipi Livni, mitra dominan dalam koalisi yang kini sedang memerintah Israel.

Namun demikian perbedaan suara yang tipis dengan Partai Kadima membuat Netanyahu memiliki peluang yang lebih baik dalam membangun mayoritas di parlemen lewat koaliasi dengan sesama sayap kanan.

Namun pencalonannya sebagai PM Israel oleh Presiden Shimon Peres, Jumat, telah memecah tradisi politik Israel yang sebelumnya selalu memberikan mandat pemerintahan kepada pemimpin partai yang meraih suara terbanyak.

Netanyahu telah mendesak para penentangnya untuk mengurangi perbedaan demi negara dengan bergabung dalam pemerintahannya.

“Saya menyeru ketua Partai Kadima Tzipi Livni dan Ketua Partai Buruh Ehud Barak, marilah kita bersatu demi keselamatan masa depan Negara Israel,” katanya.

Dengan mengulang pesan kampanyenya, Netanyahu menyatakan Iran tengah berupaya menguasai senjata nuklir yang akan mengancam eksistensi Israel, sekaligus menantang Israel melalui kelompok-kelompok binaannya, Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza.

Sebaliknya di Jalur Gaza, seorang juru bicara pada pemerintahan Hamas Palestina memprediksi bakal timbulnya konflik dan ketidakstabilan di Palestina.

“Ini artinya bahwa kebijakan zionis sedang berubah dari buruk menjadi lebih buruk lagi. Pencalonan Netanyahu tidak merujuk keamanan, perdamaian atau stabilitas untuk hari-hari mendatang,” kata sang juru bicara bernama Fawzi Barhoum.

Koalisi Besar

Semenara itu, Tzipi Livni (50) tidak menunjukkan tertarik bergabung dalam pemerintahan Netanyahu.

Setelah Peres gagal membujuk mereka –Livni dan Netanyahu– untuk membentuk pemerintahan persatuan, Livni mengisyaratkan bahwa dia tidak mau berada dibawah kepemimpinan seseorang dari Partai Likud.

Itu mungkin satu koalisi yang membuat saya tidak bisa melanjutkan misi saya, yaitu misi Partai Kadima yang kami janjikan kepada para pemberi suara, kata Livni.

Yoel Hasson, yang memimpin fraksi Kadima di parlemen, mengatakan pada Reuters bahwa para anggota fraksinya akan bertemu hari Minggu lusa.

“Saya bayangkan keputusannya adalah kami akan mengambil langkah oposisi. Kami tak mau memasuki pemerintahan manapun yang dipimpin Netanyahu,” kata Yoel Hasson.

Para penentang Netanyahu mendukung pembicaraan dengan para pemimpin sekuler Palestina yang didukung Presiden AS Barack Obama, yang mungkin akan membuat hampir seluruh daerah Tepi Barat dan bagian Yerusalem diserahkan kepada Palestina untuk menjadi sebuah negara Palestina baru, dengan barter perdamaian dengan Israel.

Netanyahu yang lulusan AS dan selalu buruk hubungannya dengan pemerintahan Clinton selama dia menjabat PM Israel, mengatakan bahwa pendudukan sepihak Israel atas tanah Arab, terutama Gaza pada 2005, adalah tidak pada tempatnya dan telah mengilhami militansi Palestina.

Dia mendukung pendekatan arus bawah jangka panjang bagi perdamaian dengan Palestina harus dibangun pada pembangunan ekonomi di Jalur Gaza dan penyerahan secara bertahap wilayah pendudukan ke pasukan keamanan Palestina.

“Saya tidak melihat kemajuan perdamaian banyak tercipta dari koalisi yang dia bentuk,” kata analis Eliezer Don-Yehiya.

“Jurang perbedaan antara Israel dan Palestina itu teramat tajam. Dia akan menghadapi masalah jika mitra-mitra sayap kanannya merasa ada sejumlah kemajuan dalam pembicaraan dengan Palestina. Dalam hal ini partai-partai sayap kanan akan membuatnya ada dalam kesulitan,” tambah Don-Yehiya.

Sambil menerima mandat memerintah, Netanyahu juga menandaskan bahwa krisis ekonomi dunia paling serius dalam 80 tahun terakhir tengah mengancam ratusan ribu angkatan kerja Israel.

Mantan menteri keuangan ini pernah mendukung pemotongan anggaran kesejahteraan sosial dan mempraktikan pasar bebas di awal dekade ini, di tengah tentangan kuat dari kelompok-kelompok yang saling bersaing.

Tetapi dia kelihatannya telah mencapai kesepakatan dengan partai agama terbesar di Israel, Shas, yang tampaknya akan menjadi mitra koalisinya dan tidak mungkin lagi melanjutkan kebijakan swastanisasinya yang dipraktikannya dulu sehingga menggerus kemanfaatan sosial, kata Don-Yehiya. (Antara News, 20/02/09)

Menyambut Sang Penjajah Dengan Bangga



Ada yang masygul dalam benak kita; mengapa pejabat di negeri ini begitu suka cita menyambut kedatangan Hillary Clinton, Menlu AS yang baru, yang datang ke Indonesia tanggal 18-19 Pebruari 2009? Sampai Mensesneg Hatta Rajasa di Kantor Setneg, Jl. Veteran, Jakarta, Kamis (5/2/2008) menyatakan, “Indonesia masuk dalam radar negara-negara besar yang patut diperhitungkan,”. Hatta pun tidak bisa menutupi kebanggaannya, “Kita diperhitungkan.” ujarnya.


Bukankah kita tahu, bahwa AS adalah negara penjajah, dengan semua definisi dan maknanya? AS bukan saja telah menjajah Afganistan dan Irak yang telah menewaskan ratusan ribu bahkan jutaan manusia, tetapi juga telah menjajah negeri kita. Bahkan, sudah banyak pakar dan intelektual di negeri ini yang mengatakan, bahwa negeri ini masih terjajah, dan penajajahnya itu tak lain adalah Kapitalisme Global yang dipimpin oleh AS. Lalu, mengapa para pejabat di negeri ini masih saja menyambut Menlu dari negara penjajah itu dengan suka cita, bahkan dengan penuh bangga? Apakah mereka tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu, bahwa AS adalah negara penjajah dengan semua definisi dan maknanya? Inilah yang masygul dalam benak kita.


Memang betul, bahwa Indonesia adalah negara penting bagi kepentingan politik luar negeri AS. Terutama karena faktor Islam, jumlah penduduknya yang mayoritas Muslim, dan merupakan negara terbesar keempat setelah Cina, India dan AS sendiri, serta faktor kekayaan alamnya yang melimpah. Dalam pernyataan persnya di Washington, Jubir Deplu AS, Robert Wood, menyatakan, “Indonesia merupakan negara penting bagi AS. Menlu Hillary merasa penting bahwa kami ingin mencapai itu dan mencapai lebih awal dengan Indonesia,” kata Wood, “Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia.” ujarnya. Iya, Indonesia memang negara Muslim terbesar di dunia, tetapi bukan itu yang membuat Menlu AS harus berkunjung ke Indonesia pertama kali. Karena, dalam sejarahnya, kawasan Timur Tengahlah yang biasanya menjadi langganan kunjungan Menlu AS yang baru. Namun, kali ini tidak. Pertanyaan ada apa sebenarnya? Inilah yang harus kita dicermati bersama.


Selama ini, kawasan Timur Tengah memang menjadi langganan kunjungan pertama kali Menlu AS, terutama karena kawasan ini merupakan koloni AS, setelah AS berhasil membersihkan pengaruh Inggeris dan Perancis dari kawasan tersebut. Juga karena faktor minyak, Islam dan Israel. Namun, setelah pendudukan AS di Irak 2003 yang berhasil melenyapkan pengaruh Inggeris di kawasan tersebut, maka AS tidak lagi mendapatkan ancaman yang berarti dari pesaing politiknya di kawasan itu. Sebaliknya, di Timur Jauh, yang diwakili oleh Indonesia dan Malaysia, dengan perkembangan Islam dan meningkatnya kesadaran umat Islam untuk kembali kepada syariah agama mereka, sebagaimana yang ditunjukkan oleh berbagai hasil survei, tentu ini bisa menjadi ancaman potensial bagi penjajahan AS di kawasan tersebut. Di mata AS, meningkatnya kesadaran umat Islam itu akan mengancam nilai-nilai mereka, antara lain, seperti Demokrasi, HAM, Pluralisme, Kebebasan dan Kesetaraan Gender, yang pada akhirnya akan menggulung tradisi penjajahan mereka di negeri ini. Inilah yang bisa kita simak dari pernyataan Hillary, dalam dengar pendapat di depan Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS (13/1/2009), bahawa dirinya akan bekerja “memperbarui kepemimpinan Amerika melalui diplomasi yang akan meningkatkan keamanan kita, mengedepankan kepentingan kita, dan mencerminkan nilai-nilai kita”. Jadi, tujuan utama dari berbagai kunjungan Menlu AS tersebut tak lain adalah untuk memperbarui kepemimpinan AS di dunia.


Memang ini tidak mudah bagi AS, terutama setelah berkembangnya opini negatif tentang AS, bukan saja di dunia Islam tetapi juga di negara-negara Barat. Terlebih, di dalam negeri, AS saat ini tengah menghadapi resesi ekonomi yang sangat parah. Dalam konteks ekonomi AS, Indonesia bukan saja telah dan akan menjadi pasar potensial bagi produk AS, tetapi Indonesia juga menjadi sumber bahan-bahan baku dan suplay energi bagi industri AS. Inilah yang ingin dipertahankan oleh AS. Karena itu, di depan Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS (13/1/2009), Hillary menyebut Indonesia memiliki peran penting dalam memecahkan masalah krisis ekonomi global.


Selain faktor-faktor di atas, yang harus dicermati adalah, bahwa kunjungan ini dilakukan pada saat menjelang Pemilu Legislatif dan Pilpres 2009. Dalam agenda kunjungannya, Menlu AS itu juga direncanakan akan bertemu sejumlah tokoh dan politisi di negeri ini . Maka, kunjungan ini juga secara telanjang bisa dibaca sebagai upaya AS untuk memastikan dukungannya, sekaligus terpilihnya tokoh dan politisi yang bisa menjamin kepentingannya di negeri ini.


Pertanyaannya, jika demikian apa yang akan didapat oleh negeri Muslim terbesar ini? Jawabannya tentu bukan apa-apa. Iya, negeri ini memang tidak akan mendapatkan apa-apa, selain keburukan demi keburukan, baik bagi Islam maupun kaum Muslim, yang menjadi mayoritas penduduk negeri ini. Kalau pun tampak ada kebaikan, sesungguhnya itu hanyalah lips service dan make up saja. Sebab, penjajah tetap saja penjajah. Terlebih jika diberi peluang dan kesempatan. Jikalau ada perubahan pada kebijakan luar negeri AS di era Obama, itu hanyalah perubahan pendekatan, tetapi substansinya tetap sama, yaitu mempertahankan hegemoni dan penjajahan atas dunia. Atau bahasa halusnya, “memperbarui kepemimpinan AS di dunia.” Jadi, yang berubah hanya pendekatannya, dari hard power, melalui invasi dan pendudukan, menjadi smart power, dengan “diplomasi” dan “membangun hubungan kemitraan”.


Selain Indonesia akan tetap terjajah, negeri Muslim terbesar ini juga akan digunakan sebagai alat oleh AS untuk memasarkan nilai-nilai Demokrasi, HAM, Kebebasan dan Pluralisme ke negeri-negeri Muslim yang lain, yang telah diklaim kompatibel dengan Islam. Indonesia juga akan digunakan sebagai alat untuk memuluskan rancangan AS di Timur Tengah, tentang pendirian dua negara, Israel dan Palestina yang meliputi Tepi Barat dan Jalur Gaza. Dalam pernyataannya, Hillary (Rabo, 4/2/2009) berjanji akan bekerja sama dengan semua pihak untuk “menciptakan negara Palestina yang independen dan dapat berjalan di Tepi Barat dan Gaza, serta memberikan perdamaian dan keamanan yang diminta Israel.” Inilah yang tampaknya ingin dimainkan oleh Indonesia melalui Proposal Perdamaian Palestina, sebagaimana yang mengemuka dalam pertemuan antara Wapres Jusuf Kalla dan Joe Biden, Wapres AS (Rabo, 4/2/2009).


Akhirnya kenyataan ini mengingatkan kita akan hadits Nabi, “Idza dhuyyi’at al-amanah fantadhir as-sa’ah.” (Jika amanah ini telah disia-siakan, maka tunggulah saat kehancurannya). Sahabat bertanya, “Fakaifa idha’atuha ya Rasula-Llah?” (Lalu, bagaimana bentuk disia-siakannya amanah itu, ya Rasulullah?) Nabi menjawab, “Idza usnida al-amru ila ghairi ahlihi fantadhiri as-sa’ah.” (Jika urusan itu diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.) al-Kirmani menjelaskan, urusan yang dimaksud di sini adalah Khilafah, pemerintahan, peradilan, fatwa dan sebagainya, yang terkait dengan agama. Jika urusan ini diserahkan kepada orang Sekular, yang bukan ahli agama, maka urusan ini pasti akan disia-siakan.


Jatuhnya Palestina, Irak, Afganistan dan Kashmir ke tangan penjajah, serta dikurasnya kekayaan alam dan penjajahan di negeri-negeri kaum Muslim, termasuk Indonesia, adalah contoh nyata disia-siakannya amanah Allah. Karena para penguasanya adalah orang-orang Sekular yang dijadikan sebagai penguasa untuk melestarikan kepentingan tuan-tuan mereka, dengan mempertahankan sistem Sekularisme mereka. Fal’iyadzu billah min syarri fitnatihim…(Hafidz Abdurrahman)

Selasa, 17 Februari 2009

Haram Menerima Hillary



HTI-Press. “Sebagai tuan rumah yang baik, kita harus memperlakukan tamu dengan baik. Bukankah Islam memerintahkan kita untuk ikrâm al-dhuyûf (memuliakan tamu)?” ujar seorang menteri di depan massa sebuah organisasi Islam ketika menanggapi demo menolak kedatangan Goerge W. Bush ke Indonesia dua tahun lalu. Untuk memperkuat argumennya, menteri itu pun mengutip satu Hadits yang memerintahkan kaum Muslim memuliakan tamu: Man kâna yu’minu bil-Lâh wa al-yawm al-âkhir falyukrim dhayfahu (barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya).

Kini, ketika Hillary Clinton datang ke Indonesia, menteri itu tidak mengeluarkan pernyataan serupa. Namun, sangat bisa jadi alasan yang sama juga digunakan untuk menerima kedatangan menlu AS yang baru.

Benarkah para pemimpin negara penjajah itu layak disebut sebagai tamu sehingga pantas disambut baik dan dimuliakan? Apalagi harus menguras anggaran negara yang tidak sedikit?


Dua Katagori Kaum Kafir

Memang benar bahwa kaum Muslim diperintahkan memuliakan tamu. Dalam Hadits itu, lafadz dhuyûfahu juga bersifat umum sehingga mencakup seluruh tamu. Kendati demikian, ada nash-nash lain yang harus diperhatikan ketika tamu yang diterima adalah orang kafir. Apalagi pemimpin negara kafir, yang gemar memerangi Islam dan umatnya.

Dalam bermuamalah dengan kaum kafir, Islam membagi mereka menjadi dua katagori. Pertama, orang kafir yang tidak sedang memerangi dan mengusir umat Islam dari negeri mereka. Terhadap mereka, kaum Muslim diperintahkan berbuat baik dan bersikap adil terhadap mereka. Allah Swt berfirman:

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ


Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil (TQS. al-Mumtahanah [60]: 8).

Diriwayatkan Ahmad dari Abdullah bin al-Zubair, suatu saat Asma binti Abu Bakar kedatangan ibunya, bernama Qutailah bin Abd al-Uzza, dan membawa hadiah untuknya. Karena ibunya seorang wanita musyrikah, Asma’ keberatan menerimanya. Bahkan, ibunya pun tidak dipersilakan masuk rumahnya sebelum dia mendapat izin Rasulullah Saw. Ketika hal itu ditanyakan kepada Rasulullah saw, lalu turunlah ayat ini. Beliau pun memerintahkan untuk mempersilakan masuk Ibunya dan menerima hadiahnya (lihat: Sihabuddin al-Alusi, Rûh al-Ma’ânî; al-Baghawi, Ma’âlim al-Tanzîil).

Kendati ayat ini turun berkenaan dengan Asma’, namun –sebagaimana ayat ini berlaku umum (lihat: Ibnu Jarir al-Thabari, Jâmi’ al-Bayân fî Ta’wîl al-Qur’ân dan al-Jazairi, Aysar al-Tafâsîr). Sehingga ayat ini tidak dikhususkan pada suatu kelompok tertentu, seperti Bani Khuza’ah yang terikat perjanjian damai dengan Rasulullah saw atau kaum musyrik Makkah pasca perjanjian Hudaibiyyah. Semua orang kafir yang memiliki dua sifat seperti yang dinyatakan ayat ini, termasuk di dalamnya. Mereka adalah orang-orang kafir yang tidak memerangi kaum Muslim karena agama; dan tidak melakukan pengusiran terhadap kaum Muslim dari negeri mereka.

Dijelaskan oleh al-Syaukani dalam Fath al-Qadir, kaum kafir yang dimaksud adalah kaum kafir dari kalangan ahl al-‘ahd yang sedang melakukan perjanjian damai dengan kaum Muslim.

Terhadap orang-orang yang bersikap demikian, umat Islam diperbolehkan untuk berbuat baik dan berlaku adil. Dalam ayat ini disebutkan: ‘an taburrûhum wa tuqsithû ilayhim. Menurut Ibnu Katsir, kata taburrûhum berarti tuhsinû ilayhim (berbaik baik terhadap mereka). Sementara kata tuqsithû ilayhim bermakna tu’dilû (berlaku adil). Penjelasan senada juga dikemukakan oleh al-Baghawi dalam tafsirnya, Ma’âm al-Tanzîl.

Al-Qurafi menjelaskan cukup rinci mengenai perbuatan yang dapat dikatagorikan sebagai perbuatan baik dan adil tersebut. Di antaranya adalah bersikap ramah dengan mereka yang menjadi tamu, mencukupi kebutuhan mereka yang fakir mereka, memberikan makan mereka yang lapar, memberikan pakaian mereka yang telanjang, berkata lembut dengan mereka yang disebabkan kelemahlembutan dan kasih sayang, bukan karena rasa takut dan hina, mendoakan mereka agar diberi hidayah dan dijadikan sebagai orang yang berbahagia, menasihati mereka dalam perkara agama dan dunia, menjaga harta, keluarga, kehormatan, serta semua hak dan kemaslahatan mereka, menghilangkan kezaliman yang menimpa mereka, dan menyampaikan seluruh yang menjadi hak mereka. Demikian penjelasan al-Qurafi dalam kitab al-Furûq.

Meskipun diungkapkan dengan menggunakan kalimat berita, dan dinyatakan: Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil, namun kandungan ayat tersebut berisi perintah. Bahwa umat Islam diperintahkan untuk berbuat baik dan berlaku terhadap orang-orang yang tidak memerangi mereka dan tidak mengusir mereka. Hal ini dapat disimpulkan dari firman Allah Swt dalam akhir ayat ini: InnaLlâh yuhibbu al-muqsithîn (sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil). Ungkapan ini jelas merupakan perintah kepada umat Islam untuk berlaku adil, termasuk terhadap mereka.

Kedua, kaum kafir yang memerangi dan mengusir kaum Muslim dari negeri mereka, serta yang turut membantu mereka. Allah Swt berfirman:

إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (9)

Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai wali, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.

Sebagaimana ayat sebelumnya, ayat ini juga bersifat umum. Setiap orang yang memiliki sikap seperti yang dinyatakan ayat ini, tercakup di dalamnya. Mereka adalah orang-orang yang memerangi kaum Muslim karena agama dan mengusir kaum Muslim dari negeri dan kampung halamannya. Termasuk pula orang-orang yang membantu orang lain mengusir kaum Muslim. Bantuan yang dimaksud bisa berupa sumbangan pemikiran, lebih-lebih kendaraan dan persenjataan (al-Jazairi dalam Aysâs al-Tafâsîr).

Karena sikap mereka yang terang memusuhi Islam dan umatnya, mereka tidak boleh diperlakukannya seperti kelompok yang disebut dalam ayat sebelumnya. Dalam ayat ini Allah melarang kaum Muslim: ‘an tawallawhum. Artinya mengangkat mereka sebagai al-waliyy. Secara bahasa, kata al-waliyy memiliki beberapa makna. Di antaranya adalah al-nashîr (penolong), al-muhibb (yang mencintai), al-shadîq (sahabat), al-mu’în (pembantu), al-halîf (sekutu), dan al-tâbi’ (pengikut). Karena tidak ada pembatasan dari makna-makna tersebut, maka semua makna tersebut tercakup dalam kata al-waliyy dalam ayat ini. Artinya, umat Islam tidak melakukan semua tindakan yang terkatagori mengangkat mereka sebagai al-waliyy.

Larangan menjadikan orang-orang yang memerangi umat Islam, mengusir mereka dari negeri mereka, dan membantu tindakan pengusiran itu sebagai wali tersebut bersifat tegas. Dengan kata lain, perbuatan tersebut termasuk dalam perbuatan yang diharamkan. Indikasi keharamannya adalah firman Allah Swt selanjutnya: Waman yatawallahum fa ulâika hum al-zhâlimûn (dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai wali, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim). Penyebutan orang yang mengangkat kaum yang memerangi umat Islam itu sebagai orang zhalim merupakan bukti jelas yang menunjukkan haramnya perbuatan tersebut.

Jika ditelusuri ayat-ayat lain, sikap yang harus diambil kaum Muslim terhadap orang yang memerangi bukan hanya tidak mengangkat mereka sebagai wali, namun juga membalas perlakuan mereka. Wajib bagi kaum Muslim untuk memerangi mereka. Allah Swt berfirman:

وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (TQS. al-Baqarah [2]: 190).


Haram Menerima Hillary

Berdasarkan paparan di atas, amat jelas sikap yang harus diambil dalam menyikapi kedatangan Hillary ke Indonesia. Amerika Serikat adalah negara yang memusuhi amat Islam dan umatnya. AS telah menggempur Afghanistan dan Irak hingga kedua negara itu porak poranda. Kebrutalan serdadu AS yang mereka kirim juga telah melampaui batas kemanusiaan. Ratusan ribu jiwa manusia telah menjadi korbannya. Tak terkecuali wanita dan anak-anak. Negara ini juga menabuh genderang perang melawan kaum Muslim dengan menyebutnya sebagai teroris. Mendukung penuh perampasan Israel atas tanah Palestina. Senjata yang digunakan untuk menyerbu Gaza kemarin juga berasal dari Amerika. Dengan demikian, Amerika telah lama menjadi kafir harbi fi’lan, kafir yang sedang memerangi Islam secara nyata.

Pergantian rezim oleh Obama sama sekali tidak membuat Amerika berubah. Di awal pemerintahannya, Obama telah menegaskan sikapnya untuk menjaga eksistensi Israel dengan cara apa pun. Serdadunya juga sudah membombardir Afghanistan sehingga menewaskan beberapa orang. Obama memang berjanji hendak menarika pasukan AS dari Irak. Akan tetapi, pasukan itu hanya akan dialihkan ke negeri Islam lainnya, Afghanistan. Dalam kampanyenya, dia juga mengancam hendak menyerang Pakistan. Sebagian fakta itu menjadi bukti amat jelas bahwa Amerika, di bawah pemerintahan siapa pun, tetap berkedudukan sebagai kafir harbi fi’lan.

Dengan status demikian, haram menerima Menlu AS Hillary Clinton di negeri ini. Apalagi diterima sebagai tamu dari negara sahabat yang disambut dengan hangat, dijamu, dan dihormati. Hadits yang mewajibkan kaum Muslim memuliakan tamu tidak berlaku buat dia. Sebaliknya, dia harus merasakan akibat dari permusuhannya terhadap Islam: kerasnya perlawanan kaum Muslim.

Terhadap kafir harbi fi’lan, Islam bersikap tegas. Bukan hanya pemimpinnya, rakyatnya pun diperbolehkan menginjakkan kaki di wilayah Islam kecuali untuk mendengarkan Kalam Allah Swt. Allah Swt berfirman:

وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْلَمُونَ

Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui (TQS. al-Taubah [9]: 6).

Lebih dari itu, sebagai salah satu pemimpin negara penjajah, kedatangan Hillary ke Indonesia jelas untuk mengokohkan hegemoni AS di negeri ini. Haram melempangkan jalan buat mereka untuk menguasai kaum Muslim. Allah Swt berfirman:

وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا

Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman (TQS. al-Nisa’ [4]: 141).

Tentu amat sulit diterima akal sehat ada seorang kepala negara yang menerima pemimpin negara penjajah, yang hendak mengokohkan hegemoninya. Lagi-lagi, yang kita butuhkan adalah Khilafah Islamiyyah yang mau dan mampu melindungi rakyatnya dari serbuan musuh-musuhnya. WaLlâh a’lam bi al-shawâb. (Rokhmat S. Labib, Ketua Lajnah Tsaqafiyyah HTI)

Senin, 16 Februari 2009

Hakim Agung Palestina: Penggalian Masjid al-Aqsha Semakin Parah





Kairo, Hakim Agung (Qadhi al-Qudhat) sekaligus kepala Majlis Tinggi untuk Pengadilan Agama (al-Majlis al-A’la li al-Qudhat as-Syar’i) Palestina, Syaikh Dr. Taysir at-Tamimi memperingatkan umat Muslim akan semakin parahnya kondisi penggalian yang dilakukan

Zionisme-Israel di bawah pondasi Masjid al-Aqsha, Yerusalem (al-Quds).

Syaikh at-Tamimi menyatakan, prosesi ini telah sampai pada titik yang parah. Jika penggalian ini terus dilanjutkan, hemat at-Tamimi, dikhawatirkan akan meruntuhkan bangunan Masjid al-Aqsha.

“Penggalian yang dilakukan Israel sudah sampai pada tahap yang melebihi batas keparahan, sudah sangat luas dan dalam. Keadaan ini akan menghancurkan bangunan Masjid al-Aqsha dan bangunan-bangunan lain di sekitarnya,” ungkap Syaikh at-Tamimi dalam sebuah konferensi pers yang digelar di Ramalla, Tepi Barat, pada Sabtu (14/2) kemarin, sebagaimana dikutip harian berbahasa Arab Aljazeera (15/2).

Dalam konferensi yang dihadiri ratusan umat Muslim dan Kristen itu, at-Tamimi menjelaskan lebih jauh jika penggalian sudah sampai di bawah tanah bilangan Salwan di bagian Selatan Yerusalem.

“Awal bulan lalu, sebanyak 17 siswi Madrasah al-Qudsiyyah, Yerusalem, mengalami luka-luka akibat sebagian bangunan sekolah mereka roboh. Setelah diteliti, ternyata kerobohan itu disebabkan oleh penggalian bawah tanah Israel,” jelas at-Tamimi.

At-Tamimi juga menyayangkan sikap diam dunia internasional atas berlangsungnya penggalian ini, yang ia sebut sebagai bentuk kejahatan peradaban dan pelanggaran berat undang-undang kemanusiaan.

“Prosesi penggalian yang dilakukan Israel adalah bentuk pelanggaran berat terhadap kesepakatan dan undang-undang internasional yang melindungi tempat-tempat suci, rumah ibadah, serta tempat dan khazanah bersejarah,” ungkapnya.

Di akhir konferensi, Syaikh at-Tamimi mempertanyakan sikap negara-negara Arab dan Muslim, juga dunia internasional terkait kejahatan peradaban yang dilakukan oleh negeri Zionis ini.

“Kapankah mereka akan bergerak untuk menyelamatkan Yerusalem yang diberkahi, menyelamatkan tempat-tempat suci dan juga menyelamatkan rakyat Palestina?” serunya. (eramuslim, 16/02/09)

Hizbut Tahrir Indonesia
Gedung Dakwah Hizbut Tahrir Indonesia
Crown Palace, Jl. Prof. Soepomo No. 24, Jakarta Selatan 12790
Telp / Fax : (62-21) 8353253 Fax. (62-21) 8353254
E-mail : info@hizbut-tahrir.or.id

Kepemimpinan Lurus




Oleh M Rahmat Kurnia |


Para sahabat memandang penting kepemimpinan. Buktinya, setelah Rasulullah Muhammad SAW wafat, bersegeralah mereka kumpul di Saqifah Bani Sa'idah. Mereka lebih mementingkan suksesi kepemimpinan dibandingkan dengan menguburkan jenazah kekasih Allah SWT itu. Tiga hari tiga malam jenazah Nabi tertunda penguburannya. Padahal, memandikan mayat, mengkafani, menyolatkan dan menguburkannya merupakan fardlu kifayah. Artinya, mengadakan pergantian kepemimpinan negara lebih penting daripada penguburan mayat yang fardlu kifayah tersebut. Inilah hukum ajaran Rasulullah SAW yang dipahami oleh para sahabat. Pada sisi lain, realitas saat itu menunjukkan bahwa tidak semua kaum Muslim ikut. Mereka terdiri dari perwakilan kaum Muhajirin dan Anshor. Kaum Muslim yang tinggal di Makkah, tidak terlibat dalam proses di Saqifah itu. Para sahabat tidak pernah mewajibkan setiap orang (wajib 'ain) untuk terlibat mengangkat pemimpin, yang karenanya mengharamkan orang-orang yang tidak terlibat dalam proses pemilihan itu.

Pada sisi lain, adanya pemimpin itu untuk ditaati. Namun, pemimpin yang wajib ditaati hanyalah pemimpin dalam ketaatan kepada Allah SWT. Haram hukumnya mentaati kemaksiatan. Kata Rasulullah, ”Tidak ada ketaatan kepada makhluk yang bermaksiat kepada Sang Pencipta (al-Khaliq)” (HR. Ahmad). Di dalam al-Quran pun Allah SWT berfirman dengan terang: ”Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya” (TQS. An-Nisa[4]:59). Imam Muslim meriwayatkan hadis dari Nabi SAW: ”Andai saja seorang hamba (Allah) memimpin kalian dengan Kitabullah (al-Quran) maka dengarkanlah dan taatilah ia!” Jelas, pemimpin yang harus ada adalah pemimpin yang berpegang kepada al-Quran dan as-Sunnah. Wajar, bila Imam Ibnu Katsir memaknai ulul amri sebagai orang yang ahli dalam masalah agama dan fikir serta ulama. Karena, sejatinya mereka itu berpegang kepada Islam. Sejarah para sahabat menggambarkan bagaimana pemimpin yang wajib dipilih itu adalah mereka yang berpegang pada akidah Islam dan menerapkan syariat Islam. Wajib bagi mereka menerapkan Islam.

Kepemimpinan yang lurus demikian itulah yang harus tetap ada. Untuk itu, perlu koreksi. Lihatlah pidato politik Khalifah pertama, Abu Bakar Shiddiq r.a di hadapan kaum Muslim saat mereka membaiatnya sebagai pemimpin umat Islam. ”Wahai seluruh manusia, aku telah resmi menjadi pemimpin kalian. Padahal, aku bukanlah yang lebih baik daripada kalian. Karenanya, jika aku baik, bantulah aku. Sebaliknya, jika sesat maka luruskanlah aku ... Patuhilah aku selama aku patuh kepada Allah dan RasulNya. Namun, bila aku menentang Allah dan RasulNya maka kalian tidak wajib taat kepadaku,” tegasnya.

Demikian pula pengganti beliau Amirul Mukminin, Umar bin Khathab. Suatu waktu dalam pidatonya beliau menegaskan: ”Wahai manusia, barangsiapa diantara kalian melihat saya bengkok (menyimpang dari al-Quran dan as-Sunnah), maka luruskanlah aku!” Kemudian, salah seorang diantara mereka berkata, 'Jika kami melihat anda bengkok maka kami akan meluruskanmu dengan tajamnya pedang kami'. Mendengar ungkapan itu, Khalifah Umar berkata, ”Alhamdulillah, Dia yang telah menjadikan pada umat Muhammad orang yang mau meluruskan kebengkokan Umar dengan perkataannya” (al-Khudri, Tarikhu al-Imam al-Islamiyah, Juz I, hal. 245). Begitu juga para pemimpin sesudahnya.

Kepemimpinan yang lalim, menjauhkan hukum Allah SWT, harus diubah, dihentikan dan tidak boleh dilanggengkan. Kaum Muslim pun tidak boleh mengangkat siapun yang memimpin bukan dengan aturan Allah Pencipta semesta. Imam ath-Thabari meriwayatkan dalam bukunya at-Tarikh bahwa Nabi Muhammad menyatakan: ”Barangsiapa melihat penguasa lalim, yang menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah, melanggar janji Allah, menentang sunnah Rasulullah, melakukan dosa dan permusuhan terhadap hamba Allah, lau dia tidak mengubahnya dengan perkataan atau perbuatan maka Allah berhak untuk memasukkannya kedalam tempat mereka masuk (keburukan)”.

Jelaslah, kepemimpinan yang harus eksis adalah kepemimpinan yang lurus, yakni kepemimpinan yang menerapkan syariat Islam. Sebaliknya, kepemimpinan sekuler yang menjauhkan Islam dalam kehidupan bernegara merupakan kebengkokan. Kaum Muslim harus merubahnya, dan berlepas diri darinya (al-barra).[] www.mediaumat.com

Tolak Hillary



JAKARTA - Kedatangan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton ke Indonesia mendapat tentangan dari berbagai pihak. Hari ini massa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melakukan unjuk rasa menentang kedatangan mantan Ibu Negara Amerika Serikat ini.

Aksi tersebut dilakukan di depan Kedutaan Besar AS, Jalan Medan Merdeka Selatan, Senin (16/2/2009). Massa yang berjumlah ratusan orang ini terus meneriakkan penolakan kedatangan istri Blill Clinton itu.

“Kunjungan Menlu AS ke Indonesia pada 18-19 Februari besok tidak lain adalah untuk lebih menguatkan hegemoni AS di kawasan Asia timur dan asia tenggara, khususnya Indonesia,” kata salah seorang orator dalam orasinya.

Oleh karena itu, lanjut sang orator, kunjungan Menlu AS harus ditolak karena kunjungan ini akan menjadi jalan makin kokohnya hegemoni AS atas negerai ini. Kita juga menyerukan kepada umat Islam Indonesia, khususnya para tokoh umat, untuk bersama-sama menolak setiap bentuk langkah atau kegiatan baik yang datang dari dalam ataupun luar negeri.

“Khususnya yang akan membawa negeri ini makin terjerumus ke dalam pelukan negara imperialis seperti AS,” tegasnya.

Aksi ini juga dimeriahkan dengan belasan poster menentang kehadiran Hillary di Indonesia. Beberapa poster tersebut yakni “Hillary = Zionis = teroris”, “Amerika go to hell”, “Hillary you ara not welcome here”, “Hillary Clinto kaki tangan zionis Israel’.

Aksi ini terlihat berjalan damai. Puluhan personel polisi terlihat berjaga di depan kedutaan besar AS ini. Akibat aksi ini, arus lalu lintas dari arah MH Thamrin menuju Gambir padat merayap. (Okezone; Senin, 16 Februari 2009 - 14:39 wib)

Hizbut Tahrir Demo Tolak Kedatangan Hillary

Ratusan orang anggota Ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melakukan aksi demonstrasi di depan Kedutaan Besar AS di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Senin, untuk menolak rencana kedatangan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton.

Para pendemo membawa sejumlah spanduk yang antara lain bertuliskan “Hillary Clinton Kaki Tangan Zionis-Israel” dan “Hillary You,re Not Welcome Here”.

Selain itu, para pengunjuk rasa itu juga membawa bendera bertuliskan syahadat dengan latar belakang hitam dan putih.

Massa terpisah antara kelompok “akhwat” (perempuan) di satu sisi dan kelompok “ikhwan” (laki-laki) di sisi lainnya.

“Apakah anda rela Hillary menginjakkan kaki di Indonesia,” kata seorang orator HTI yang dijawab serempak dengan kata “Tidak” oleh para pengunjuk rasa.

Menurut Jurubicara HTI Farid Wajdi, kunjungan Menlu AS hanya semata-mata untuk perbaikan citra dan penguatan dominasi negara adidaya tersebut.

“Kunjungan Menlu AS pada 18-19 Februari 2009 tidak lain adalah untuk lebih menguatkan hegemoni AS di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, khususnya Indonesia,” katanya.

Ia juga mengatakan, meski Hillary berasal dari Partai Demokrat tetapi istri Bill Clinton itu termasuk pendukung agresi AS ke Irak.

Selain itu, lanjut Farid, Hillary merupakan pendukung fanatik Israel, dengan tingkat dukungan yang lebih besar daripada Presiden AS Barack Obama.

“Oleh karena itu, kunjungan Menlu AS Hillary Clinton harus ditolak karena kunjungan ini akan menjadi jalan makin kokohnya hegemoni AS atas negeri ini,” katanya.

Sebelumnya, Duta Besar AS Cameron Hume mengatakan, Menlu AS akan datang pada 18-19 Februari 2009 untuk membicarakan kerjasama di berbagai bidang seperti pendidikan, keamanan regional, lingkungan hidup, perdagangan, dan kesehatan. (Antara News, 16/02/09)

Berita Berbahasa Inggris:


HTI Protesters Reject Clinton’S Visit

Hundreds of Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) supporters staged a rally outside the United States Embassy here on Monday in protest against the planned visit of US Secretary of State Hillary Clinton.

The protesters carried banners which among others read “Hillary Clinton is a Zionist-Israel,s accomplice” and “Hillary You,re not Welcome Here.”

The HTI sympathizers also waved flags carrying Arabic characters with a black-and-white background.

The crowds demonstrated in two groups, one male group and the other female group.

“Do you accept it if Hillary sets her foot in Indonesia,” a HTI leader said in his oration which was answered in unison “no”.

HTI spokesman Farid Wajdi said the visit of the US state secretary was not more than an attempt to strengthen the US hegemony and domination in East Asia and Southeast Asian nations.

“Clinton,s visit on February 18-19, 2009 is not more than an attempt to strengthen the US hegemony in East Asia and South East Asia, particularly Indonesia,” he said.

He said that although Hillary came from the Democrat Party, yet she was a supporter of the US aggression into Iraq.

Farid said Hillary Clinton was a fanatic supporter of Israel, whose support is bigger than that of the US President Barack Obama.

On January 30, 2009, HTI protesters also stage similar rally outside the US embassy against Israeli military attacks on Palestine.

In that rally on Jan 30, the HTI activists and sympathizers protested against US new leadership under the new regime who remained supporting Israel fully.

They said US President Barack Obama,s policy in relation with Palestinian conflict remained the same as that of his predecessor, George W Bush.

“Therefore, Clinton,s visit should be rejected because it would only reinforce the US hegemony to this country,” Farid stressed.

Previously, the United States Ambassdor to Indonesia, Cameron Hume, said that the US state secretary,s visit to Indonesia on February 18-19 was to discuss cooperation in various fields such as education, trade and health. (AntaraNews, 16/02/09)

Indonesian Muslim Group Says Clinton Not Welcome

Jakarta - About 100 Indonesian Muslims rallied outside the US embassy in Jakarta Monday to protest a planned visit this week by US Secretary of State Hillary Rodham Clinton. The protestors from the conservative Islamic group Hizbut Tahrir Indonesia waved placards denouncing Clinton as a “Zionist agent” in reference to Israel.

“Hillary, you are not welcome here,” read a poster held by a woman wearing a white headscarf.

“Hillary is not interested in respectful dialogue with the Muslim world,” one protestor said. “She’s only interested in defending Israel.”

Clinton is scheduled to be in Jakarta Wednesday and Thursday as part of her Asian tour that is to also take her to Japan, China and South Korea.

Clinton’s stop in Indonesia would place her in the Muslim world’s most populous country on a trip that could foreshadow a visit later this year by US President Barack Obama, who as a child attended school in Jakarta while living with his mother and Indonesian stepfather. (theEarthTimes, 16/02/09)

Kamis, 12 Februari 2009

Jabar Peringkat Teratas Jumlah Kasus AIDS di Indonesia



Berdasarkan data Departemen Kesehatan per 31 Desember 2008 angka kasus AIDS di Jawa Barat menempati posisi tertinggi di Indonesia dengan jumlah 2888 kasus sedangkan posisi kedua ditempati oleh DKI Jakarta dengan jumlah 2781, Jawa Timur 2591 kasus dan Papua 2382 kasus.

Urutan pertama kasus AIDS yang paling banyak ditemukan berasal dari Kota Bandung dengan 1.856 kasus, Kota Bekasi sebanyak 421 kasus, Kota Bogor 300 kasus, Kota Sukabumi 139 kasus, Kota Cirebon 76 kasus dan Kabupaten Subang 42 kasus.

Menanggapi tingginya kasus AIDS di Jabar, Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS Propinsi (KPAP) Jabar, Landry Kusmono di Bandung, Selasa mengatakan besarnya kesadaran masyarakat beresiko tinggi untuk memeriksakan diri menjadi alasan utama tingginya kasus yang ditemukan.

“Setiap bulannya KPAP menerima laporan bahwa sekitar 300 orang melakukan pemeriksaan tes HIV/AIDS di rumah sakit, klinik, Puskesmas yang dirujuk sehingga tercermin tingginya kesadaran masyarakat untuk mengetahui kondisinya lebih dini,” katanya.

Beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi tingginya kasus ini adalah lebih dari 40 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang dengan gencar membantu pemerintah memberikan informasi penanggulangan HIV/AIDS.

“Masyarakat juga dapat mendatangi sekitar 34 rumah sakit, klinik ataupun Puskesmas di Jawa Barat yang telah memberikan pelayanan dan pemeriksaan atau Volunteer Counseling and Testing (VCT) dengan harga yang terjangkau,” katanya.

Landry menjelaskan angka penderita AIDS di Jabar lebih tinggi dari penderita HIV, hal ini dikarenakan pasien yang memiliki perilaku resiko tinggi pada masa lalu baru mau memeriksakan diri setelah mengetahui informasi adanya penyakit ini.

“Namun tingginya angka ini tidak menjadikan KPAP berputus asa tapi sebaliknya karena data tersebut menunjukkan adanya pemahaman atas penyakit HIV/AIDS,” katanya.

Untuk Jabar, kasus penderita AIDS didominasi oleh pengguna jarum suntik narkotika sedangkan sisanya berasal dari penularan secara seksual di kalangan heteroseksual, homoseksual ataupun bayi yang tertular ibu kandungnya.

“Kendala dari kebijakan ditutupnya lokalisasi seringkali membuat kami kesulitan untuk melakukan “mobile clinic” dan memberikan informasi,” katanya.

Data yang dikeluarkan Departemen Kesehatan menunjukkan hingga September jumlah penderita AIDS sebanyak 2300 orang artinya 500 kasus AIDS ditemukan selama kurun waktu Oktober hingga Desember 2008. (mediaumat.com, 12/02/09)

Amerika Berada Di Tepi Jurang Malapetaka Ekonomi Yang Dahsyat



st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
--> HTI-Press. Baru-baru ini, seorang pengamat trend ekonomi Amerika Gerard Calente diwawancarai oleh seorang penulis ekonomi Lew Rockwell mengenai ekonomi Amerika. Inilah apa yang dikatakan oleh Calente, “Kita akan pindah dari keadaan ‘Panik tahun 2008’ kepada keadaan ‘Keruntuhan 2009’ dan hal ini tidak bisa dihentikan. Hal ini akan menjadi depresi terbesar dalam sejarah yang pernah terjadi. Pada pertengahan bulan Februari atau Maret 2009, akan terjadi keruntuhan besar-besaran dari perusahaan-perusahaan ritail raksasa. Real estate komersial akan ambruk dan menjadikan permasalan subprime seperti tidak ada apa-apanya.

Akan terjadi pemberontakan di Negara ini, dan pemerintah sedang mencari berbagai cara untuk menekan hal ini. Contohnya, Arizona sedang melatih para polisinya untuk mengantisipasi terjadinya malapetaka ekonomi dan kerusuhan. Militer sedang membangun pusat-pusat penahanan, dan melatih personilnya untuk mengatasi pemberontakan. Tidak ada yang bisa menghentikan hal ini.

Pemerintahan Obama akan mengambil tindakan yang sangat keras, seperti diadakannya hari-hari libur bagi bank (bank holiday), merampas emas, atau hal lain yang dramatis yang akan sangat menyakiti rakyat jelata dan memperkaya para pejabat yang sukar untuk jatuh.

Orang-orang yang yang mengerti hal ini tidak mencoba menyelamatkan ekonomi. Kapal ini sedang karam, dan orang-orang kaya akan berebut untuk menyelamatkan perahu-perahu mereka.” (ra/kcom/hti)

Foto2 Gaza


Pelajaran dari Tragedi Gaza




HTI-Press. Ketika umat bangkit dan sadar akan adanya pembantaian di Gaza, kita harusnya juga sadar bahwa akar masalahnya adalah kebijakan luar negeri Kapitalis. Kebijakan itulah yang sudah membangun Negara Israel dan dengannya pula Barat mendukung para penguasa Muslim pengkhianat sebagai sebuah cara memastikan bahwa Umat masih tetap dalam dominasi Kapitalisme. Hanya dengan pendirian kembali Khilafah Rasyidah di tanah kaum muslim lah maka hukum Islam bisa dipulihkan dan penduduk di wilayah itu kembali bisa hidup tenang, adil, dan aman.

Pembantaian oleh Israel di Gaza telah mengakibatkan kematian atas lebih dari 1300 orang dan melukai 5000 orang lainnya. Di antara yang meninggal terdapat lebih dari 300 anak-anak. Kehancuran yang diakibatkan oleh 22 hari pengeboman diperkirakan bernilai $ 2 milyar Ketika puing-puing kehancuran masih berasap di Gaza, kisah kekejaman itu terus bermunculan.

Menurut IslamOnline, Israel membunuh seorang anak yang berusia 4 tahun, Shahd, dan lalu terus menembaki keluarganya untuk mencegah mereka mengangkat tubuhnya, yang dimakan oleh sekumpulan anjing. Ketika kakaknya, Matar, dan sepupunya, Mohammed berusaha untuk menghentikan anjing yang memakan tubuhnya, mereka juga dibunuh oleh tentara Israel itu. (Semoga Allah SWT memberikan mereka Surga). Kejadian yang mengerikan ini menangkap esensi tragedi di Palestina.

Palestina: Tragedi yang Berkelanjutan

Kejadian-kejadian yang terjadi belakangan ini menekankan pentingnya penyelesaian isu Palestina. Pembantaian yang terjadi itu merupakan suatu pengingat yang menyakitkan atas banyak pembantaian lain yang telah terjadi yang dilakukan oleh Israel. Contohnya, Israel telah membunuh lebih dari 20.000 orang Palestina dalam rentang waktu 4 bulan ketika mereka membom Libanon tahun 1982. Sebagai perbandingannya, Israel kehilangan 21.182 penduduknya dalam usaha pendirian Negara Israel selama lebih dari 120 tahun (yakni dari tahun 1882 hingga 2002) [1]

Hal ini hanya berkaitan dengan tingkat kematian, belum lagi untuk menggambarkan penderitaan yang dialami sehari hari oleh penduduk yang tinggal di bawah pendudukan Israel, seperti menghadapi penghinaan di titik-titik pemeriksaan dan mengalami kesulitan ekonomi yang berat. Dengan kesedihan yang dalam, kita menyadari bahwa situasi ini telah ada selama lebih dari 60 tahun. Akibatnya, kita harus memeriksa akar konflik dan hanya menganjurkan penyelesaiannya seperti yang diwahyukan oleh Allah SWT.

Islam: Landasan yang Benar untuk Memeriksa Isu ini

Pertama, kita harus sadar bahwa Palestina merupakan persoalam Islam. Palestina menjadi sebuah untaian permata dalam sejarah kaum Muslim sejak Allah SWT mengaitkan Masjid Suci di Mekkah, yakni ketika Allah SWT membawa Rasul-Nya pada malam hari dari Masjid Suci ke Masjidil Al-Aqsa. Allah SWT berfirman:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ

Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya. [QS 17:1]

Allah SWT telah menjadikan Palestina sebuah negeri yang diberkahi. Dia menghubungkan hati kaum Muslim dengan Baitul Maqdis dengan menjadikannya sebagai kiblat sholat yang pertama.

Akibatnya, cara saru-satunya bagi Umat untuk memandang Palestina adalah melalui perspektif Islam. Kita harus bekerja bersama umat untuk menyangkal seruan para penguasa Arab dan Muslim pertama kali berusaha untuk memberikan bingkai kembali atas isu itu sebagai sebuah isu Arab, kemudian sebagai sebuah isu Palestina, dan sekarang hanya sebagai isu Gaza! Nasionalisme merupakan sebuah ide jahat yang merupakan sumber kehancuran di dalam Umat. Nabi Muhammad SAW mengatakan hal berikut mengenai nasionalisme.

“Tinggalkanlah. Nasionalisme adalah hal yang busuk.“ (HR. Bukhari & Muslim)

Kekuatan kolonial yang tidak dapat diterima, seperti Inggris dan Perancis, sangat bergantung pada nasionalisme untuk menghancurkan Khilafah. Pertama kali mereka menghasut orang-orang Yunani, Serbia dan orang-orang Kristen lainnya yang hidup di bawah Khilafah untuk memberontak melawan Khilafah Utsmaniyah. Mereka lalu menggunakan alat yang sama untuk mendorong perselisihan antara orang Arab dan orang Turki. Ini merupakan satu dari alat-alat utama untuk menghancurkan Khilafah, yang membuka jalan bagi pendirian Israel.

Israel: Sebuah Negara Kapitalis atau Sebuah Negara Yahudi?

Rencana untuk menanam sebuah “unsur asing” di dalam jantung umat Islam telah dicanangkan pada tahun 1907 oleh orang-orang Inggris yang dimuat dalam Campbell-Bannerman Report, yang menyatakan:

“Ada orang-orang (Muslim) yang mengkontrol wilayah yang sangat luas yang penuh dengan sumber-sumber daya tersembunyi. Mereka mendominasi perlintasan rute-rute dunia. Tanah mereka adalah buaian peradaban manusia dan agama-agama. Orang-orang itu memiliki satu keyakinan, satu bahasa, satu sejarah dan aspirasi-aspirasi yang sama. Tidak ada rintangan-rintangan alami yang bisa mengisolasi orang-orang itu satu sama lain… jika, ada kesempatan, bangsa ini bersatu ke dalam satu negara, nasib dunia akan berada di tangannya dan akan memisahkan Eropa dari bagian dunia yang lain. Dengan memandang permasalahan ini secara serius, sebuah unsur asing harus ditanamkan ke dalam hati bangsa itu untuk mencegahnya terpusatnya sayap-sayapnya sedemikian rupa sehingga unsur asing itu akan menghabisi kekuatannya pada perang-perang yang tidak berkesudahan. Unsur asing itu akan bertindak sebagai titik lompat bagi Barat untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkannya.”


Setelah Perang Dunia II, Amerika menggantikan Inggris sebagai Superpower Kapitalis dan bekerja untuk mendominasi dunia. Negeri itu, seperti halnya Inggris, melihat Timur Tengah sebagai sebuah wilayah jajahan. Tahun 1944, Kementrian Luar Negeri Amerika secara terbuka menyatakan bahwa Timur Tengah adalah “suatu sumber daya kekuatan strategis yang menakjubkan, dan satu dari hadian-hadiah material dalam sejarah dunia”. Kebijakan yang dilakukan negeri itu untuk mendapatkan “hadiah” (yang bukan merupakan milik mereka!) termasuk di antaranya dukungan bagi para penguasa pengkhianat dan Israel. Selama kampanye kepresidenan tahun 2008, Obama secara jelas menyatakan bahwa pemerintahannya akan terus melanjutkan dukungannya secara jelas pada Negara kriminal Israel. Dalam pidatonya di depan AIPAC dia mengatakan: “Sebagai Presiden Saya akan menerapkan suatu memorandum kesepahaman yang memberikan bantuan keuangan senilai $30 juta bagi Israel pada dekade mendatang, investasi bagi keamanan Israel yang tidak akan mengikat bagi Negara lain.”

Menyadari bahwa pembentukan Israel adalah sebuah produk kebijakan Kapitalis adalah merupakan hal penting bagi umat. Dengan pemahaman seperti ini, kita menyadari bahwa tujuan keseluruhan dari kebijakan semacam ini adalah untuk mencuri sumber-sumber daya kita, mencegah kesatuan kita, dan memastikan bahwa umat tetap berada di bawah dominasi Barat. Sebaliknya, kegagalan untuk melakukan penyadaran itu akan mengakibatkan ketergantungan kepada Amerika, PBB, Inggris, atau Kanada untuk mendapatkan solusi – daripada menyadari bahwa ideologi yang dibawa Negara-negara itu adalah merupakan sumber permasalahan!

Dengan didapatkannya perspektif ini juga membantu kita untuk memahami secara pasti mengapa kaum muslim dan para penguasa Arab sibuk menyerukan dilakukannya KTT dan gagal untuk membantu kaum muslim di Gaza. Amerika dan Inggris telah membeli para penguasa itu untuk menerapkan kebijakan-kebijakan mereka. Mereka menyadari bahwa para penguasa boneka itu adalah kunci untuk menerapkan kebijakan-kebijakan mereka di wilayah itu. Hal ini sebagaimana yang diutarakan oleh Asisten Menlu AS untuk Timur Tengah Edward Walker yang bersaksi di depan Komite DPR pada tanggal 29 Maret, 2001:

“…Mubarak memainkan peranan inti di antara orang-orang yang menyerukan perdamaian di wilayah itu dan dia mengutuk secara terbuka seruan untuk melakukan kekerasan terhadap Israel – seruan untuk memerangi Yahudi – dan menggunakan minyak sebagai senjata. Dia menentang boikot ekonomi atas produk-produk Amerika dan baru-baru ini dia mendukung usaha-usaha kami untuk memberikan keseimbangan di Dewan Keamanan…”

Karena itu, Amerika dan kebijakan Eropa untuk membantu Israel hanyalah satu dari banyak cara untuk memastikan bahwa umat tidak menerapkan Islam dan menentang hegemoni atas kekuatan-kekuatan kolonial.

Khilafah: Kunci Pembebasan Palestina

Isu Palestina adalah sesuatu yang dekat dengan hati orang-orang yang beriman di seluruh dunia. Kaum Muslim rindu untuk melihat wilayah itu dibebaskan dari pemerintahan tiran Israel. Agar hal ini bisa terlaksana, umat harus menyingkirkan para penguasa korup itu dan menggantikannya dengan Khilafah Rasyidah. Sebagaimana Rasulullah Saw. telah bersabda:

“Imam adalah perisai, di belakangnya kaum Muslim berperang dan melindungi diri mereka” (HR. Muslim)

Hal ini memerlukan usaha kita untuk bekerja sesuai dengan metode Rasulullah Saw. untuk menegakkan kembali Khilafah. Kita harus bekerja dalam sebuah struktur partai, sebagaimana Allah SWT telah berfirman:

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ

“Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,” (QS 3:104)

Dalam struktur ini, kita bekerja untuk membina diri kita sebagaimana para sahabat dibina oleh Rasulullah Saw. di rumah al-Arqam ibnu Abi al-Arqam. Tujuan dari usaha ini untuk memastikan bahwa hati dan pikiran kita tidak terisi selain oleh konsep-konsep Islam. Karena itu, kita harus mengevaluasi semua ide dan tindakan yang berdasarkan hukum Allah SWT.

Kita harus berinteraksi dengan umat dengan tujuan untuk mengubah pemikiran dan emosi mereka untuk menjadikan akidah Islam sebagai referensi mereka satu-satunya. Contohnya, kita harus menantang dan mendebat orang-orang yang menyerukan bagi umat untuk mengadopsi hukum internasional (yakni yang berdasarkan sekularisme atau PBB) ketika mencari suatu penyelesaian bagi Palestina, Kashmir, Chechnya, Somalia atau urusan umat lainnnya.

Kita juga harus mencari nushrah – dukungan dari orang-orang yang memiliki kekuasaan dan pengaruh di negeri-negeri Muslim. Orang-orang tersebut mungkin terperosok dalam alur pikiran Kapitalis, tapi kita harus ingat bahwa Akidah Islam memiliki kekuatan untuk mengubah hati dari orang-orang semacam Umar bin Khattab ra dan para pemimpin Suku Aus dan Khazraj (yakni dua suku yang tinggal di Madinah yang memberikan pertolongan kepada Nabi Muhammad SAW). Kita harus ingat bahwa Umar ra ketika itu sedang ingin membunuh Nabi Muhammad SAW ketika dia menerima Islam dan bahwa Sa’d bin Mu’adh ra dan Usaid bin Hudayr ra sedang merancanakan untuk mengusir kaum Muslim dari tanah mereka. Sebenarnya, Usayd ra ketika dia bertemu dengan Musab, sedang mengancam untuk membunuh Musab jika kaum muslim tidak pergi. Namun, ketika Musab ra menjelaskan Islam kepadanya, diriwayatkan bahwa cahaya kedamaian Islam dapat terlihat pada wajah Usaid ra! Karena itu, kita harus bekerja seperti bekerjanya Musab ra dan menyeru orang-orang saat ini akan kekuatan Islam dengan penuh keyakinan bahwa Allah SWT memang memiliki kekuatan untuk memberikan mereka hidayah, jika Dia menghendaki.

Pada saat Khilafah Rasyidah berdiri lagi di tanah kaum muslim, kita dapat bekerja untuk melawan pendudukan yang diprakarsai oleh kekuatan kolonial dan dilaksanakan oleh Zionis. Hanya pada saat Negara Islam berdirilah, kaum Muslim, Yahudi, Kristen, dan yang lainnya dapat hidup kembali dalam kedamaian, keadilan, dan sentosa – seperti yang telah kita lakukan sebelum Barat menginvasi dan menanamkan entitas asing di tanah kita.

Seruan Dari Gaza

Yang berikut ini adalah sebuah kutipan dari sebuah surat yang dikirimkan oleh Akhwat kita Ummu Taqi dari Gaza selama terjadinya pengeboman:

“Tapi dalam semua kejadian ini, tidak ada yang lain selain Allah SWT yang dapat menyelamatkan kami. Jangan lupakan kami karena saat ini Anda semua adalah yang kami miliki. Sedekah anda tidak kami terima, dan ketika mereka membuka perbatasan maka sedekah itu hanya diterima segelintir orang saja yang tidak tahu harus berbuat apa karena akan beresiko bagi hidup kami hanya untuk membeli makanan. Mereka akan membunuh siapapun, siapapun apakah dia adalah anak umur lima tahun yang sedang membawa makanan untuk keluarganya. Kami ingin hidup dari keringat kaum laki-laki kami, bukan dari keringat orang lain karena kami sedang sekarat.

Terus lakukan pekerjaan yang Allah perintahkan dan berdoalah untuk kemenangan yang akan segera datang dan menyelamatkan ummah di segala tempat. InshAllah.

Semoga Allah SWT membuat kami teguh dalam din ini, selama masa perjuangan ini dan selama masa kemudahan. Ya Allah, berilah kemenangan kepada kami segera dan segeralah tegakkan kembali Islam sebagai otoritas yang dengannya kami hidup, Ya Allah, kirimlah kepada kami anak-anak Salahudin, bala tentara Islam untuk menyelamatkan ummat Muhammad SAW dari penindasan di mana kita hidup. Ya Allah lindungilah anak-anak kami dan usirlah kaum zionis dari tanah kami. Ya Allah, hari ini saksikanlah pada hari ini kami telah meminta pertanggung jawaban para pemimpin kami, kami berdoa semoga Engkau segera mengembalikan kepada kami seorang pemimpin sejati, seorang Khalifah. Amin. “

إِنَّ فِي هَذَا لَبَلَاغًا لِّقَوْمٍ عَابِدِينَ

Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (Surat) ini, benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah (QS 21:106)

Sumber: Khilafah.Com

——-

Minggu, 08 Februari 2009

Ketua MUI Tasikmalaya Sayangkan Peringatan Valentine



TASIKMALAYA,(PRLM),- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tasikmalaya, KH Acep Nur Mubarok dan Ketua Hizbut Tharir (HTI) Kota Tasik, Mufti Nurhabib menyayangkan, budaya hari

kasih sayang atau biasa dikenal hari valentine pada tanggal 14 Februari nanti, terus merasuk dan menjadi gaya hidup anak muda Indonesia khusus muda-mudi di Kota Tasikmalaya.

Dijelaskan, sebenarnya dalam Islam tidak pernah ada ajaran atau kebudayaan hari kasih sayang, malah sangat bertentangan dengan nilai-nilai ke-Islaman dan harus dijauhkan dari muslim dan muslimah. Apa yang dilakukan orang Indonesia dalam hari valentine itu, menurut Acep, akibat kita dengan mudahnya termakan budaya asing, yang banyak diimpor ke Indonesia tanpa terlebih dulu diserap.

“Apa sih manfaatnya? Malah tidak ada untungnya kita mengadakan kegiatan itu. Kita hanya mengimpor dari luar tanpa diselidiki terlebih dulu. Kalau dibiarkan seperti itu terus musibah moral ini bisa semakin memperburuk moral kita terutama generasi kita,” jelas Acep, Minggu(8/2). (Pikiran Rakyat, 08/02/09)

Palestina Merindukan Kembalinya Khilafah



Pengantar

Saat ini kita menyaksikan bagaimana kebiadaban Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza. Pertanyaannya, mengapa Israel melakukan kebiadaban ini? Motif apakah yang melatarbelakanginya? Untuk kepentingan apa? Bagi rakyat Palestina, solusi hakiki apa yang ada di benak mereka?

Untuk mengetahui jawaban atas pertanyaan di atas, reporter al-Wa’ie mewawancarai Abu al-Izz Abd as-Salam, syabab Hizbut Tahrir Palestina, di sela-sela Konferensi Ekonomi Islam Internasional di Burri Convention Center, Khartoum, Sudan, yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir pada hari Sabtu tanggal 7 Muharram 1430 H atau 3 Januari 2009. Berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana kondisi terakhir di Palestina terutama di Gaza dan Yerusalem?

Rakyat Palestina dan seluruh wilayahnya masih diduduki Israel. Namun, mereka diberi kesan bahwa mereka memiliki wewenang untuk mengatur kehidupan mereka sendiri, seperti yang dinyatakan dalam Perjanjian Oslo. Sebetulnya itu palsu, karena toh penjajahan sebenarnya masih berlangsung dalam bentuk lain. Artinya, memang rakyat Palestina diberi wewenang dalam pelayanan jasa, namun dalam hal keamanan dan aspek kritis lainnya, Israel masih mengatur semuanya. Jadi, penjajahan masih berlangsung.

Lebih jauh lagi, serangan yang dilancarkan Israel dengan sasaran warga sipil saat ini dimaksudkan untuk menumpas adanya elemen resistensi. Ini semakin membuktikan bahwa penjajahan masih berlangsung. Pembunuhan terhadap pria, wanita, dan anak-anak serta penghancuran rumah-rumah masih terjadi.

Mengapa hanya Gaza, tidak termasuk Tepi Barat?

Saat ini memang Gaza dan Tepi Barat terpisah. Gaza dikuasai Hamas dan Tepi Barat oleh Fatah. Namun demikian, kedua faksi rakyat Palestina tersebut tidak ‘menguasai’ dalam arti sebenarnya. Mereka hanya terbatas ‘berkuasa’ dalam pelayanan domestik saja, bukan dalam hal keamanan yang sejatinya masih diatur Israel.

Politisi Israel saat ini sedang berebut kursi di parlemen dan mereka ingin meyakinkan rakyat Israel bahwa mereka sedang berjuang untuk kepentingan dan keamanan mereka, meski harus dengan cara mengebom gedung apartemen besar dan membasmi rakyat Palestina.

Kalau begitu, agresi ini lebih bernuansa politik?

Tentu saja. Partai politik di Israel saat ini saling bersaing untuk menaikkan citra politik mereka masing-masing dengan cara menekan rakyat Palestina. Israel juga tidak beritikad untuk mencari pemecahan terhadap isu hak-hak dari atau tanah milik rakyat Palestina. Yang Israel inginkan adalah menaikkan standar hidup rakyat Israel sebagaimana masyarakat Eropa dan menyingkirkan warga Palestina ke negara tetangga Arab lainnya, seperti Yordania dan Mesir (dengan melimpahkan isu Gaza ke Mesir). Mereka mau melepas tangan atau tanggung jawab dari isu warga Palestina. Jadi, Israel tidak mau tahu urusan hidup-matinya warga Palestina. Yang mereka pikirkan adalah kepentingan warga Israel sendiri.

Para pengamat melihat bahwa agresi Israel adalah hukuman bagi warga Palestina di Gaza yang mendukung Hamas. Apakah benar?

Tidak seluruhnya benar. Namun, alasan utamanya adalah persiapan untuk Pemilu bagi para politisi Israel dengan mengumpulkan dana dari calon pemilih. Israel juga memberikan pesan kepada warga Palestina, bahwa semakin mereka menentang pendudukan Israel maka mereka akan semakin dihukum dan tidak akan mendapatkan keuntungan apa-apa dari penentangan mereka. Dengan demikian, mereka harus menerima kondisi yang diberikan oleh Israel, termasuk siapa yang akan ditunjuk untuk mengurusi kehidupan mereka sehari-hari dan juga pengakuan secara mutlak tentang eksistensi negara Yahudi Israel.

Menurut Anda, apakah penduduk di Gaza akan menghentikan dukungan mereka terhadap Hamas?

Tidak benar juga. Meski sebagian rakyat Palestina ada juga yang bersikap materialis dan menyerah pada kenyataan, sebagian besar penduduk masih memiliki iman kepada Allah; mereka juga masih punya kehormatan di dalam jiwa mereka dan tidak mudah menjualnya hanya demi sepotong roti. Kita masih harus tetap menolak keberadaan Negara Israel dan rencana-rencana mereka terhadap kita.

Apakah HT di Palestina terpecah menjadi dua atau tiga, karena bukankah Palestina terpecah menjadi beberapa wilayah seperti di Yerusalem, Tepi Barat, dan Gaza?

Alhamdulillah, HT adalah satu di seluruh dunia. Di Palestina pun, secara organisasi hanya ada satu HT.

Apakah Anda memiliki kesulitan hidup di Yerusalem?

Salah satu isu sulit adalah transportasi untuk bekerja atau bahkan untuk bersilaturahmi kepada sanak keluarga. Banyak sekali hambatan yang harus dilalui seperti pos-pos pemeriksaan. Kita harus menunggu berjam-jam. Tapi, mudah-mudahan dengan bantuan umat Muslim yang akan membebaskan Palestina, kesulitan-kesulitan tersebut akan berakhir, insya Allah.

Warga Israel di Yerusalem, apakah mereka tahu Anda anggota HT?

Mereka berusaha keras untuk mengetahui siapa saya dan pihak intelijen sangat tertarik untuk memonitor semua kegiatan yang dilakukan oleh HT, seperti siapa saja anggotanya. Namun, mereka tidak akan tahu detil organisasinya. Banyak orang mengira bahwa intel Israel tidak memonitor kegiatan HT karena HT tidak melakukan tindakan fisik dalam aksi penentangannya.

Termasuk juga tidak ikut dalam Pemilu?

Juga tidak ikut dalam Pemilu. Namun, justru ini yang membuat mereka semakin terobsesi untuk ingin tahu. Kita justru mengatakan, bahwa ketika kita ikut dalam Pemilu, kita justru mengakui keberadaan Negara Israel Yahudi dan juga mengakui perjanjian yang dilakukan Israel dengan Kelompok Pembebasan Palestina PLO/Fatah. Kita katakan bahwa keberadaan Negara Yahudi Israel adalah ilegal sehingga semua perjanjian dengannya adalah tidak sah. Itu sebabnya intel Israel sangat terobsesi untuk mengetahui kami lebih banyak.

HT di Palestina melakukan dakwah secara terbuka. Apakah pemerintah Israel melakukan tindakan represif?

Selama ini mereka memberikan tekanan atau menakut-nakuti para syabab tanpa secara langsung menghalangi kegiatan. Kadang-kadang apabila kegiatan berkaitan dengan seruan kepada para perwakilan diplomat agar mereka menolak keberadaan Israel dan tidak melakukan hubungan dengan Israel, maka syabab yang melakukan seruan tersebut akan dikejar dan dihentikan aksinya. Namun, secara umum mereka tidak melarang kegiatan para syabab secara total.

Mana yang lebih aktif, HT di Gaza atau Tepi Barat?

Secara umum HT di Tepi Barat lebih aktif, tetapi di Gaza cukup kuat juga. Baru-baru ini ada juga kegiatan demonstrasi HT di Gaza. Banyak juga warga Palestina yang ingin belajar dari HT karena mereka telah kecewa dengan kelompok lain.

Untuk menanggapi agresi Israel, apa tindakan yang dilakukan HT di Gaza?

Anggota HT adalah bagian dari umat. Mayoritas Muslim tidak merespon secara langsung dalam fisik, kecuali mereka berusaha keras untuk tetap bisa bertahan hidup. Adapun aksi perlawanan senjata biasanya dilakukan oleh faksi-faksi seperti Hamas dan Islamic Jihad karena keberadaan dan kualitas senjata juga memang terbatas. Kalau ada anggota HT yang mengangkat senjata, ini dilakukan sebagai tindakan pribadi, bukan tindakan resmi dari HT, karena metode HT sendiri tidak melakukan perjuangan fisik. HT justru menyeru para militer Muslim yang memiliki kekuatan yang luar biasa dalam hal jumlah dan persenjataan untuk melaksanakan tanggungjawabnya dalam membebaskan Palestina.

Jadi anggota HT juga melakukan Jihad di Gaza?

Sebagian iya. Sebab, ini bagi mereka merupakan ancaman yang sudah di depan mata.

Menurut Anda, aktivitas HT di Palestina mendapatkan respon yang baik dari warga palestina?

Alhamdulillah, terutama dalam demonstrasi yang dilakukan akhir-akhir ini di berbagai kota besar mendapatkan respon dan respek dari masyarakat. Mereka menghargai usaha HT yang peduli dengan nasib mereka dan HT menyeru tidak hanya warga biasa, tetapi juga jajaran militer Dunia Islam untuk melakukan tugasnya; juga pihak-pihak yang memiliki kemampuan untuk memberikan dukungan kekuasaan kepada HT dalam usaha penegakan Khilafah. Pihak-pihak yang memiliki kekuatan tersebutlah yang mestinya juga bertanggung jawab melakukan tugas perlawanan, dan bukan warga biasa dengan persenjataan yang terbatas. Dalam hal ini, HT selalu menyuarakan pesan kuat dari warga Palestina, bahwa umat Muslim di dunia memiliki kekuatan dan kemampuan memiliki beban tanggung jawab yang besar untuk membebaskan Palestina.

Dalam benak warga Palestina, apa sebenarnya solusi dari konflik?

Warga Palestina, dengan suara mayoritas menyatakan bahwa Palestina harus dibebaskan dari kekuatan dari luar.

Dari luar Palestina?

Ya, dari luar Palestina. Resistensi yang dilakukan dari dalam Palestina adalah usaha untuk mengingatkan dunia bahwa isu ini belum usai dan tidak boleh terlupakan; untuk menunjukkan bahwa kita tidak menerima kenyataan begitu saja. Saudara-saudara kita yang sedang melakukan perlawanan fisik juga menyadari bahwa apa yang mereka lakukan memang tidak akan menghantarkan pada kebebasan yang sebenarnya. Mereka yang sedang bernegosiasi dengan Israel juga menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sebenarnya adalah kekeliruan dan merupakan suatu keterpaksaan akibat realita yang ada, karena tidak ada yang peduli kecuali dengan sekadar pembicaraan dan uang ala kadarnya. Itu sebabnya mereka yang bernegosiasi berharap minimal mereka bisa mendapatkan sesuatu.

Lalu solusi macam apa yang paling menjanjikan kalau mereka percaya bahwa bantuan harus datang dari luar Palestina?

Mereka yakin dengan janji Allah tentang akan datangnya kembali kekuasaan Khilafah.

Jadi, ide tentang Khilafah ini cukup populer di tengah masyarakat Palestina?

O, iya, bahkan masyarakat sangat berharap kembalinya Khilafah. Meski demikian, kondisi yang memprihatinkan sekarang memang menjadi ganjalan terhadap harapan ini. Mereka berkata kepada kami, “Kita setuju dengan kalian, tapi tolong percepat kembalinya Khilafah.”

Menanggapi hal ini kami menjawab, “Kalau begitu, mari bekerja dengan kami, bersama-sama meninggikan seruan kepada semua Muslim untuk mengembalikan keberadaan Khilafah.”

Jadi mereka tidak mempermasalahkan ide tentang Khilafah, tetapi bagaimana mencari jalan keluar dari problem yang mereka hadapi sehari-hari?

Betul. Mereka hidup dalam kondisi yang sangat sulit sehingga mereka perlu untuk memperbaiki kondisi mereka agar hidup bisa dilalui lebih mudah. Itu sebabnya, dalam mencari solusi mereka menempuh arah yang berbeda-beda saat ini. Namun, mereka sebenarnya juga sadar bahwa hanya Khilafah yang bisa membebaskan Palestina.

Bagaimana respon Hamas dengan aktifitas HT?

Hamas adalah pergerakan Islam, tetapi ia adalah organisasi lokal yang bergerak untuk Palestina saja. Memang, Hamas mengatakan bahwa ia adalah perpanjangan dari gerakan Ikhwanul Muslimin (IM). Hal ini sesuai dengan sifat IM yang aktivitasnya di wilayah tertentu bersifat mandiri dari wilayah lain. Dengan demikian, tidak ada sistem kepemimpinan sentral. Yang terjadi selama ini, Hamas mengakui legitimasi pemerintahan negeri-negeri Arab seperti Mesir, Syria, Yordania, dan Saudi Arabia dan memiliki perwakilan di semua negara tersebut. Hamas juga tidak pernah menyuarakan kritik terhadap rezim penguasa negeri-negeri Arab tersebut. Mereka berusaha memiliki relasi yang baik dengan para diktator. Adapun terjadinya konflik Hamas dengan Mesir saat ini lebih merupakan suatu pengecualian karena memang biasanya mereka memiliki hubungan yang baik. Hal inilah menurut HT merupakan suatu masalah.

Menurut HT, justru keberadaan rezim negara-negara Arab adalah penghalang bagi umat. Ketika umat berupaya dan bergegas memberi bantuan dan berjuang bersama-sama saudaranya, para rezim ini malah menghalanginya. Itu sebabnya, batu-batu penghalang ini perlu disingkirkan dan diganti dengan Khilafah. Di lain pihak, Hamas justru berusaha memiliki hubungan baik dengan rezim. Ini adalah isu yang menjadi sumber ‘konflik’ antara dua organisasi ini (HT dan Hamas).

Bagaimana HT berhubungan dengan Hamas dalam konteks ini?

Kami memiliki hubungan personal yang baik dengan mereka. Di dalam keluarga Palestina sendiri cukup lumrah ditemui ada perbedaan pandangan politik sesama saudara kandung; ada yang Fatah, HT, atau Hamas. Sangatlah penting bagi HT untuk selalu berusaha memiliki hubungan yang baik dengan semua Muslim. Dengan itu, kita bisa menginformasikan kepada mereka opini syar’i dari HT terhadap semua isu yang muncul atau terhadap aktivitas yang mereka lakukan. Memang, ada kalanya ini menimbulkan ketegangan. Bagaimanapun kita harus tetap menyampaikan seruan dakwah karena ini merupakan tanggung jawab yang dibebankan Allah kepada kita.

Jadi tidak benar kalau HT selalu bersitegang dengan Hamas?

Tidak. HT dan Hamas adalah pergerakan Islam dan keduanya juga merujuk pada al-Quran dan as-Sunnah. Karena itu, ketika ada diskusi antara kita dan mereka, kita selalu menggunakan al-Quran dan as-Sunnah. Bahkan sebenarnya lebih mudah berdiskusi dengan Hamas mengenai ahkam syar’iyyah dibandingkan dengan Fatah atau gerakan Kiri.

Anda bisa menghadiri konferensi internasional di Sudan ini. Apakah Anda menemukan kesulitan dalam perjalanan ke luar negeri dari Yerusalem?

Memang, banyak di antara kami yang menemui kesulitan dalam melakukan perjalanan ke luar negeri. Alhamdulillah saya bisa pergi dari Yordania menuju Khartoum. Namun, saya tidak tahu apakah bisa melakukannya lagi. []

Berbau Yahudi, PKS Batalkan Rencana Rayakan Valentine Day

Rencana DPD PKS Depok memanfaatkan momen Valentine Day (Hari Kasih Sayang) pada 14 Februari untuk menjaring pemilih muda, dibatalkan. Dewan Syariah PKS melarangnya dengan alasan kegiatan itu berbau Yahudi.

“Niat sudah dibatalkan karena dilarang oleh Dewan Syariah. Alasannya karena berbau Yahudi,” ujar Presiden PKS Tifatul Sembiring kepada detikcom, Senin (9/2/2009).

Menurut Tifatul, begitu adanya rencana yang bertujuan untuk memancing suara kaum muda dalam pemilu itu bergema, DPD PKS Depok langsung dikonfirmasi oleh Dewan Syariah PKS.

“Ya sudah dijelaskan dan langsung dikonfirmasi dengan Dewan Syariah,” imbuh Tifatul.

Tifatul mengungkapkan, PKS tidak akan merayakan acara yang tidak sesuai dengan budaya Islam. “Nggak ada kebijakan itu,” pungkasnya.

Hadiah yang berkaitan dengan valentine yang akan diberikan DPD PKS Depok yakni cokelat berstiker caleg dan bunga berlambang PKS yakni nomor 8. (detik.com, 09/02/09)

Jaring Pemilih Pemula, PKS Rayakan Valentine



Tampaknya tidak mudah menjaring pemilih pemula atau pemilih usia remaja untuk memberikan suaranya dalam pemilu mendatang.

Hal tersebut juga dirasakan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). PKS mengaku belum menemukan cara jitu untuk menggaet suara anak muda yang sangat potensial untuk memenangkan pemilu.

Tapi PKS tak kehabisan akal. Momen hari kasih sayang atau Hari Valentine pada 14 Februari mendatang diam-diam menjadi incaran PKS untuk mencuri perhatian anak muda, khususnya di wilayah Depok, Jawa Barat.

“Karena itu pada momen Valentine, PKS akan memanfaatkan untuk membagikan hadiah yang identik dengan Valentine seperti cokelat yang diselipkan stiker caleg, bunga yang ada lambang nomor 8. Setiap kader khusus mendatangi para remaja,” ujar Ketua DPD PKS Depok Mujtahid Rahman Yadi, Minggu (8/2/2009).

Dalam program Ketok Sejuta Pintu rumah yang diluncurkan PKS, para kader pun mengaku kesulitan untuk melakukan sosialisasi kepada anggota keluarga yang masih tergolong pemilih pemula.

“Yang paling susah memperkenalkan (PKS) ke anggota keluarga karena berbeda pilihannya. Apalagi mendekati pemilih pemula atau remaja, dan sampai sekarang kami belum menentukan formula untuk remaja,” pungkasnya. (Okezone, 08/02/09)

Jumat, 06 Februari 2009

Kapal Bantuan Lebanon untuk Gaza Ditembaki Israel


Kapal Angkatan Laut Israel menembaki kapal bantuan kemanusiaan untuk Gaza asal Lebanon Kamis ini. Beberapa pasukan Israel juga masuk ke dalam kapal menendang dan memukuli penumpangnya.


Beberapa orang dilaporkan terluka akibat serangan itu.


“Mereka (Angkatan Laut Israel) mengarahkan tembakannya ke arah kapal. Ada banyak tentara Israel yang naik ke kapal kami,” ujar Salam Khoder, koresponden stasiun televisi Al Jazeera dan dikutip Reuters, Kamis (5/2/2009). Khoder sendiri saat itu turut dalam rombongan kapal Lebanon.


“Tiga tentara Israel mengarahkan senjatanya kepada kami. Mereka juga memukul dan menendang kami,” ungkap Khoder dalam laporan langsungnya melalui telepon. Al Jazeera berusaha menghubungi Khoder kembali namun gagal. Tak diperoleh keterangan ada berapa penumpang saat itu.


Kapal Lebanon itu mengangkut bantuan dari lembaga bantuan Lebanon dan Arab yang dikumpulkan oleh Palestinian National Committee Against the Siege yang bekerja sama dengan organisasi bantuan Gaza yang berbasis di Amerika Serikat Free Gaza Movement.


Pada Rabu malam, kapal perang Israel juga mencegat kapal Lebanon yang mengangkut bantuan untuk warga Gaza. Kapal bernama Lenanese Fraternity itu dicegat sekira 32 km dari pantai Gaza. Di dalam kapal juga terdapat relawan dari Palestina dan Inggris. (okezone, 05/02/09)

Sistem Ekonomi Islam

Sebagaimana diketahui, krisis keuangan global telah meletus dari Amerika Serikat, kemudian meluas ke negara-negara lain di dunia melalui tangan-tangan Kapitalisme dan pusaran globalisasi. Tidak ada satu negara pun, betapa pun jauhnya, yang bisa selamat dari keburukan nyala krisis tersebut.

Di sisi lain, solusi internasional yang sudah dilakukan—baik yang berasal dari masing-masing negara, atau dari sejumlah negara di dalam sejumlah KTT di Uni Eropa, atau KTT G-20 di Washington, atau KTT Lima atau Konferensi Qatar dll—tidak mampu menyelesaikan krisis.

Selama ini ada dua kelompok yang berbeda dalam menawarkan solusi atas krisis tersebut. Pertama: kelompok yang menutup kedua matanya dari dasar-dasar Kapitalisme yang rusak yang telah menghasilkan krisis ini. Kelompok ini memfokuskan solusinya pada dampak-dampaknya dan tidak membahas solusi mendasarnya. Mereka melihat bahwa institusi-institusi finansial telah mengalami kekeringan likuiditas. Karena itu, mereka kemudian menawarkan solusi berupa kebijakan untuk mengucurkan uang miliaran dolar untuk menciptakan likuiditas institusi-institusi itu, menurunkan tingkat suku bunga utang, mendorong kredit, dan berikutnya mereka berharap pasar akan bergerak. Kelompok ini juga memandang bahwa saham, obligasi dan surat-surat berharga telah kehilangan sebagian besar nilainya dan telah melampaui garis merah. Karena itu, tawaran solusi mereka adalah: negara harus melakukan intervensi dan membeli aset-aset yang kolaps; membeli sejumlah banyak saham, obligasi dan surat berharga.

Begitulah, kelompok ini hanya melihat krisis dari sisi permukaannya saja. Mereka tetap menutup kedua matanya dari dasar-dasar Kapitalisme yang rusak, yang justru menjadi akar krisis, dan terbukti telah gagal dalam menyelesaikan pelbagai problem perekonomian. Karena itu, wajar jika solusi mereka yang semacam itu tidak lebih dari sekadar penyembuhan dan penghilangan rasa sakit untuk sementara waktu, sementara krisis akan kembali terjadi, kadangkala semakin parah dari sebelumnya.

Kedua: kelompok yang tidak menutup kedua matanya dari dasar-dasar Kapitalisme yang rusak dan telah gagal dalam mengatasi problem perekonomian. Hanya saja, mereka membatasi pemikirannya hanya pada dua sistem saja dan menganggap tidak ada sistem ketiga. Dua sistem itu adalah Sosialisme-Komunisme yang telah terbukti gagal dan runtuh dan Kapitalisme yang telah limbung meski belum runtuh. Mereka melihat, meski terdapat berbagai kerusakan di dalam Sistem Kapitalisme, ia masih lebih baik daripada Sosialisme-Komunisme.

Anggapan kelompok kedua semacam ini jelas aneh. Mereka seolah tidak tahu atau pura-pura tidak tahu terhadap sistem ekonomi yang pernah kokoh, yang akarnya menancap kuat di kedalaman sejarah dan telah memakmurkan bumi lebih daripada yang dilakukan oleh sistem ekonomi lainnya. Sistem tersebut telah menjadikan masyarakat di bawah lindungannya menikmati kemakmuran hidup, keamanan dan ketenteraman. Mereka telah menikmati kehidupan ekonomi yang aman dan kosong dari krisis selama lebih dari tiga belas abad. Pada masanya bahkan pernah terjadi betapa sulitnya menemukan orang miskin untuk diberi harta yang menjadi haknya dari Baitul Mal kaum Muslim. Semua itu tidak lain karena mereka hidup di bawah Sistem Ekonomi Islam selama berabad-abad lamanya.

Sebaliknya, dalam naungan sistem Kapitalisme saat ini, kaum miskin di negara paling kaya di dunia pun jumlahnya jutaan. Sebabnya, karena Kapitalismelah pangkal dari kesengsaraan mayoritas umat manusia saat ini.

Mengapa Sistem Ekonomi Islam bisa sukses menciptakan kemakmuran selama berabad-abad lamanya? Sebabnya, antara lain karena Islam memiliki konsep kepemilikan yang jelas. Dalam pandangan Islam, kepemilikan atas tambang-tambang di dalam perut bumi (seperti logam, minyak, gas, dll) tidak seperti kepemilikan sebidang tanah atau rumah. Kepemilikan atas industri-industri petrokimia, industri berbagai macam energi, atau industri senjata perusak berbeda dengan kepemilikan atas industri tenun dan tekstil atau rangka baja untuk memperbaiki atap bangunan, atau industri kue dll. Kepemilikan kereta api dan “troly bus” tidak seperti kepemilikan mobil, sepede motor, dll.

Islam menjadikan kepemilikan itu ada tiga macam. Pertama: kepemilikan umum. Pemasukannya didistribusikan kepada masyarakat setelah dikurangi beban biaya. Kepemilikan umum mencakup kepemilikan atas tambang seperti logam, minyak ataupun gas. Semua itu merupakan milik umum/rakyat; negara, individu atau perusahaan swasta tidak boleh memilikinya. Pemasukannya didistribusikan kepada mereka dalam bentuk zatnya atau berupa pelayanan setelah dikurangi biaya.

Kedua: kepemilikan negara. Kepemilikan ini dikelola oleh negara dalam pos pendapatan negara. Hasilnya dibelanjakan untuk berbagai kepentingan negara seperti investasi negara di dalam pertanian, industri atau perdagangan yang tidak termasuk di dalam kepemilikan umum; atau dibelanjakan untuk mengembalikan keseimbangan di antara masyarakat di dalam masalah sirkulasi harta.

Ketiga: kepemilikan pribadi. Individu-individu dan perusahaan-perusahaan bisa memiliki pertanian, industri dan perdagangan yang tidak termasuk dalam kepemilikan umum dan kepemilikan negara.

Meskipun Sistem Ekonomi Islam sebenarnya telah secara riil diterapkan selama jangka waktu paling lama dalam sejarah, kelompok ini telah menutup kedua matanya dan tidak membahasnya. Kelompok ini telah menutup kedua matanya dari sistem ekonomi yang benar. Itulah Sistem Ekonomi Islam.

Sesungguhnya Sistem Ekonomi Islam di dalam Daulah Khilafah Islamiyahlah satu-satunya sistem pilihan yang bisa memberikan kepada manusia kehidupan ekonomi yang aman dan lurus, kosong dari krisis. Pasalnya, Sistem Ekonomi Islam adalah satu-satunya sistem ekonomi yang telah Allah Swt. turunkan. Dialah Pencipta dan Dia Mahatahu atas apa yang layak bagi ciptaan-Nya (QS al-Mulk [67]: 14). []